Diduga Ada Tulisan LGBTQ, Kementerian Dalam Negeri Malaysia Sita 172 Jam Tangan
JAKARTA - Jam tangan Swatch berwarna pelangi yang disita oleh Kementerian Dalam Negeri Malaysia pada awal Mei, dilaporkan disita karena memiliki huruf "LGBTQ", mengacu pada komunitas lesbian, gay, biseksual, transgender dan queer, tertulis di bagian depannya.
"Kami menyita ratusan jam tangan dan semuanya memiliki huruf 'LGBTQ' di bagian depan jam tangan itu," kata seorang sumber pemerintah seperti dikutip Free Malaysia Today (FMT) dalam laporannya, dilansir dari CNA 30 Mei.
"Kami tidak menyita jam tangan itu hanya karena warnanya pelangi. Jika itu masalahnya, kita perlu merebut es krim," tandasnya.
Jam tangan yang disita adalah bagian dari koleksi Swatch's Pride. Alih-alih tujuh warna yang ditemukan dalam pelangi, jam tangan menampilkan enam warna. Salah satu simbol komunitas LGBT yang paling terkenal adalah bendera kebanggaan enam warna.
Menurut media lokal, Perdana Menteri Anwar Ibrahim Kamis lalu mengatakan: "Satu-satunya fakta yang saya tahu adalah penyitaan itu karena jam tangan itu memiliki simbol LGBT, bukan karena warnanya."
Sebagai tanggapan, kepala eksekutif Swatch Group Nick Hayek mengatakan dalam sebuah pernyataan, jam tangan yang disita tidak merujuk pada komunitas LGBT.
Dia dikutip oleh Malay Mail dalam sebuah laporan Jumat lalu: "Tuan Anwar Ibrahim menyatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini, bahwa koleksi jam tangan warna-warni terbaru Swatch menyertakan huruf LGBT pada pelat jamnya. Rupanya, dia salah informasi."
"Swatch tidak memasukkan referensi apa pun ke komunitas LGBT pada dial koleksi Pride tahun ini," jelasnya.
"Jam tangan warna-warni ini mencakup arti dari setiap warna kebanggaan (kehidupan, penyembuhan, sinar matahari, alam, harmoni, semangat) di jarum menitnya dan dua lingkaran yang membentuk pelangi," paparnya.
Sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri dilaporkan menyita 172 jam tangan Swatch dari gerai di 11 pusat perbelanjaan selama tiga hari bulan ini, dengan sebagian besar arloji menyertakan Bendera Pride enam garis dalam desainnya.
Menurut Malay Mail, gerai-gerai tersebut termasuk yang berada di Kuala Lumpur, Selangor, Johor, Penang dan Kota Kinabalu. Sementara itu, lima gerai di Terengganu, Kelantan, Kedah, Johor dan Sarawak diberi peringatan.
FMT melaporkan, penyitaan tersebut dilakukan setelah netizen menghubungkan koleksi jam tangan tersebut dengan dukungan band rock asal Inggris, Coldplay, terhadap komunitas LGBT.
Pengumuman konser pertama Coldplay di Malaysia, yang akan diadakan pada bulan November ini, sebelumnya telah menuai kecaman dari seorang pemimpin Parti Islam Se-Malaysia (PAS), yang menyerukan pembatalan acara tersebut melalui sebuah unggahan di Facebook pada tanggal 10 Mei.
Unggahan Facebook tersebut disertai dengan gambar vokalis Chris Martin yang memegang bendera pelangi - yang digunakan untuk mewakili komunitas LGBT - selama pertunjukan Coldplay di Stadion Wembley, London.
Selasa lalu, Menteri Urusan Agama Mohd Na'im Mokhtar dikutip oleh The Malaysian Insight (TMI) mengatakan, pemerintah telah mengambil inisiatif untuk mengekang penyebaran ideologi LGBT dengan melakukan program rehabilitasi.
Baca juga:
- 25 Pasukan Penjaga Perdamaian NATO Terluka dalam Bentrokan dengan Pengunjuk Rasa Serbia di Kosovo
- Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei Dukung Pemulihan Hubungan Diplomatik Iran dengan Mesir
- PBB Perkirakan Satu Juta Orang Melarikan Diri dari Sudan Akibat Pertumpahan Darah
- Rusia Lancarkan Serangan Udara ke Fasilitas Militer Ukraina dan Pelabuhan Odesa
Program-program ini diselenggarakan oleh Departemen Pengembangan Islam Malaysia (Jakim) dan dipantau oleh Komite Khusus untuk Masalah LGBT Muslim di Malaysia.
"Komite ini bertemu setidaknya setahun sekali atau sesuai kebutuhan. Komite ini terdiri dari kementerian, departemen, lembaga dan LSM yang akan mengkoordinasikan isu-isu LGBT yang muncul di kalangan Muslim dalam aspek pendidikan dan advokasi, dakwah, serta bimbingan dan penegakan hukum," terang Mohd Na'im dalam sebuah jawaban tertulis kepada parlemen, menurut TMI.
Ia juga menyatakan, meskipun Malaysia tidak mengakui gerakan LGBT, pemerintah tidak mendiskriminasi anggota komunitas tersebut.