Pesan di Balik Kembalinya AS ke Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim

JAKARTA - Pengumuman Amerika Serikat (AS) tentang rencana bergabung kembali dengan Perjanjian Paris disambut baik Singapura. Mereka menyatakan siap bekerja sama dengan AS dan pihak lain untuk mengatasi perubahan iklim.

Kembalinya AS merupakan perkembangan positif yang memberi dorongan penting bagi upaya global mengatasi perubahan iklim secara kolektif. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kementerian Luar Negeri Singapura.

Langkah Joe Biden mengembalikan AS ke Perjanjian Paris adalah salah satu tindakan pertamanya setelah dilantik. Pada 2015, hampir 200 negara setuju untuk bersama-sama mengatasi pemanasan global melalui perjanjian internasional yang mengikat secara hukum.

Upaya internasional bertujuan untuk mengurangi emisi pada 2030. Para pihak dalam Perjanjian Paris sepakat menjaga pemanasan global kurang dari 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, yang mana idealnya, menargetkan 1,5 derajat Celsius.

AS, yang merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kedua di dunia menarik diri dari Perjanjian Paris di bawah pemerintahan Donald Trump. "Perubahan iklim merupakan ancaman eksistensial bagi umat manusia dan membutuhkan tanggapan global yang terpadu dan berkelanjutan."

"Singapura sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim sebagai negara kota pulau kecil di dataran rendah," Kementerian Luar Negeri Singapura dalam rilis yang dikutip Straits Times, Kamis, 21 Januari.

Singapura merupakan salah satu negara pertama yang meratifikasi Perjanjian Paris. Singapura juga berkomitmen mendukung keberhasilan implementasinya.

"Kami juga akan terus mendukung sesama negara berkembang melalui bantuan peningkatan kapasitas di bawah Program Kerjasama Singapura dan Paket Aksi Iklim kami," kata Kementerian Luar Negeri Singapura.

Pesan AS

Tindakan Biden yang segera kembali ke Perjanjian Paris mengirimkan pesan kuat bahwa AS siap bekerja sama dalam perang melawan perubahan iklim dan berusaha untuk merebut kembali peran kepemimpinan yang pernah dipegangnya.

"Ini mengirimkan sinyal yang sangat penting ke seluruh dunia tentang salah satu masalah terbesar yang kita hadapi," kata John Holdren, seorang profesor ilmu lingkungan dan kebijakan di Universitas Harvard yang menjabat sebagai direktur Kantor Sains dan Teknologi Gedung Putih.

"Saya pikir sangat penting bagi AS untuk menunjukkan sekali lagi bahwa mereka akan menanggapi tantangan perubahan iklim global dengan serius."

Selain Singapura, Prancis juga menyambut kembalinya AS kepada Perjanjian Paris. Presiden Prancis Emmanuel Macron memberi ucapan selamatnya lewat akun Twitter. Biden juga menandatangani serangkaian perintah eksekutif yang bertujuan menghapus kebijakan iklim dan lingkungan Trump.

Perintah tersebut mengarahkan lembaga federal untuk meninjau lusinan aturan dari era Trump dan bertujuan untuk membalikkan apa pun yang "berbahaya bagi kesehatan masyarakat, merusak lingkungan, tidak didukung oleh ilmu pengetahuan terbaik yang tersedia, atau sebaliknya tidak untuk kepentingan nasional."