Museum Puspa Iptek Sundial Bandung Diresmikan oleh Menristek Hatta Rajasa dalam Sejarah Hari Ini, 11 Mei 2002
JAKARTA – Sejarah hari ini, 21 tahun yang lalu, 11 Mei 2002, Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Hatta Rajasa meresmikan Museum Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspa Iptek) Sundial Bandung. Peresmian itu dilakukan sebagai bentuk dukungan pemerintah kepada mengembangkan sumber daya manusia (SDM) Inovatif.
Sebelumnya, komitmen pemerintahan Megawati Soekarnoputri dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi cukup serius. Megawati belajar banyak kepada ayahnya, Soekarno. Kemajuan teknologi adalah kunci melambungkan nama Indonesia di mata dunia.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dua kunci yang mampu membawa Indonesia jadi bangsa besar. Anggapan itu diamini oleh Soekarno. Bung Besar kerap mendukung penuh segala macam kebijakan riset ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ia bahkan banyak mengirim putra bangsa untuk menuntut ilmu di luar negeri. Ajian itu dilakukan supaya putra bangsa yang sudah menempuh pendidikan, lalu pulang membangun negeri. Kuasa Soekarno mengedepankan urusan inovasi pun tak lantas hilang ketika ia telah tiada.
Semangat memajukan industri itu juga dilanjutkan anaknya, Megawati. Presiden Indonesia itu menyatakan Indonesia butuh mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keseriusan itu dituangkan Megawati dalam ragam rangkaian produk kebijakan.
Sekalipun kondisi ekonomi Indonesia masih belum baik-baik saja. Alias masih terdampak krisis 1998. Megawati tak menyerah. Ia menyakini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat jadi awalan mencetak SDM yang inovatif.
Apalagi Megawati menyakini pengembangan itu dapat mendorong pemulihan perekonomian nasional. Artinya, era Indonesia menyongsong abad baru teknologi sudah di depan mata. Pengembangan itu diharapkan dapat berpengaruh besar di segala sektor.
“Di tengah situasi serba sulit itu, Presiden Megawati memberikan visi bahwa seluruh agenda riset ilmu pengetahuan dan teknologi harus benar-benar diarahkan untuk secepat mungkin mendorong pemulihan perekonomian nasional. Riset nasional harus memberi stimulus dan kolaborasi dengan dunia industri sehingga benar-benar bisa menjawab tantangan.”
“Ibu Mega menyebut pengembangan teknologi pangan, obat-obatan, juga teknologi terapan lainnya perlu segera dilakukan. Arahan Presiden itu sesuai dengan komitmen saya untuk mengedepankan pengembangan sumber daya manusia yang inovatif,” ungkap Menristek, Hatta Rajasa dalam buku The Brave Lady: Megawati dalam Catatan Kabinet Gotong Royong (2019).
Komitmen Megawati mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi diamini oleh jajarannya. Menristek, Hatta Rajasa salah satunya. Hatta juga memiliki misi serupa dengan Megawati. Ia ingin Indonesia mampu mencetak SDM kreatif dan inovatif.
Baca juga:
- Perdagangan Budak di Nusantara dan Kemenangan VOC di Kepulauan Banda
- Gedung Sekretariat ASEAN Diresmikan oleh Presiden Soeharto dalam Sejarah Hari Ini, 9 Mei 1981
- Presiden Gus Dur Minta SBY Kumpulkan Dukungan Bubarkan DPR dan MPR dalam Sejarah Hari Ini, 8 Mei 2001
- Cerita Pangeran Charles Kepincut Jamu Tradisional Indonesia
Ia tak ingin penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melulu dikembangkan bangsa asing. Ia ingin putra bangsa memiliki andil dalam pengembangan itu. Hatta pun mulai melanggengkan banyak kebijakan untuk mendukung mimpinya. Bahkan, ia turut mendukung hadirnya sebuah museum ilmu pengetahuan baru di Bandung, Jawa Barat.
Museum Puspa Iptek Sundial, namanya. Museum yang berada di Bandung itu diresmikan olehnya pada 11 Mei 2002. Peresmian itu dilakukan supaya segenap masyarakat Bandung dan sekitarnya dapat memanfaatkan museum untuk pembelajaran, termasuk urusan pembelajaran jam matahari. Semuanya untuk merajut mimpi generasi muda supaya terinspirasi membangun iklim riset dan inovasi di Indonesia.
“Bangunannya menyerupai kapal laut, diresmikan Menristek, Hatta Rajasa pada tanggal 11 Mei 2002. Bagian dalam gedung tersebut disi beragam alat peraga interaktif sehingga bisa memperkaya khazanah pengetahuan pengunjung yang sebagian besar terdiri dari siswa-siswa, dari TK, SD, SMP hingga SMU dan kejuruan.”
“Beberapa alat peraga tersebut antara lain sepeda gantung, multikatrol, mesin abadi, bola dunia melayang, hula hoop, bola plasma, film kartun, bola berpacu, bola plasma, radiometer, mirage, pompa Archimedes, antigravitasi, baterai tangan, panci air mancur, bongosong, wajah menengok, parabola bersuara, dan lain-lain. Alat peraga tersebut mencerminkan adanya instrumen mekanik, elektronik, optik, audio, biologi, dan sebagainya,” terang Her Suganda dalam buku Wisata Parijs van Java (2011).