MNC Energy Investments, Perusahaan Batu Bara Milik Konglomerat Hary Tanoesoedibjo Ini Raup Laba Rp578,75 Miliar di 2022
JAKARTA - Perusahaan batu bara milik konglomerat Hary Tanoesoedibo, PT MNC Energy Investments Tbk. (IATA) menorehkan kinerja positif sepanjang 2022. Laba dan pendapatan perseroan tercatat mampu tumbuh signifikan.
Dalam laporan keuangan perseroan, dikutip Senin 17 April, IATA mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham entitas induk sebesar 38,95 juta dolar AS atau sekitar Rp578,75 miliar (kurs: Rp14.854 per dolar AS). Laba bersih tersebut meroket 1.388 persen secara year-on-year (yoy) dibanding tahun 2021 yang hanya membukukan sebesar 2,61 juta dolar AS.
Pertumbuhan laba IATA tersebut ditopang oleh meningkatnya pendapatan 142,74 persen yoy menjadi 192,06 juta dolar AS atau sekitar Rp2,85 triliun, dibanding tahun sebelumnya sebesar 79,12 juta dolar AS.
Direktur Utama IATA Henry Suparman mengatakan pencapaian impresif perseroan sepanjang 2022 didorong oleh keputusan strategis untuk mengalihkan fokus bisnis perseroan menjadi perusahaan investasi, khususnya di sektor energi.
"Kami optimis IATA telah berada di jalur yang tepat dan akan melewati tahun 2023 dengan kinerja yang lebih baik lagi dengan terus meningkatkan output produksi, memperluas peluang bisnis baru, serta mengambil sejumlah langkah strategis, baik secara organik maupun anorganik dalam industri batu bara dan energi," ujar Henry dalam keterangan resmi.
Adapun sepanjang 2022, IATA memproduksi 4,2 juta MT batu bara. Perseroan membidik total produksi 7 juta MT tahun ini, meningkat lebih dari 65 persen. Dengan asumsi harga batu bara 50 dolar AS per MT, akan menghasilkan pendapatan sebesar 350 juta dolar AS.
Seiring meningkatnya pendapatan, beban langsung perseroan juga meningkat 66,72 persen menjadi 68,71 juta dolar AS pada 2022, dibanding tahun sebelumnya sebesar 41,21 juta dolar AS. Alhasil, laba bruto perseroan juga melesat 225,4 persen yoy menjadi 123,34 juta dolar AS dibanding 2021 sebesar 37,9 juta dolar AS.
Baca juga:
Berdasarkan neraca, total aset IATA pada 2022 senilai 180,28 juta dolar AS atau sekitar Rp2,67 triliun. Aset tersebut tumbuh 80,38 persen yoy dibanding tahun sebelumnya 99,94 juta dolar AS.
Sementara itu, liabilitas perseroan naik menjadi 104,93 juta dolar AS pada 2022, dibanding tahun sebelumnya 75,35 juta dolar AS. Ekuitas juga naik jadi 75,35 juta dolar AS dibanding tahun 2021 sebesar 26,58 juta dolar AS.
Sejauh ini, IATA sudah memiliki cadangan batu bara sebanyak 343 miliar MT, hanya dari sekitar 20 persen total area penambangan seluas 72.478 Ha. Dengan kata lain, 58.673 Ha masih dalam proses eksplorasi, di mana IATA yakin cadangan terbukti akan terus bertambah, setidaknya mencapai 600 juta MT untuk seluruh IUP.