Bagikan:

JAKARTA - Langkah konglomerat Hary Tanoesoedibjo dalam mengembangkan bisnis batu bara melalui PT Indonesia Transport & Infrastructure Tbk (IATA), sudah mendapat perhatian dari para investor sejak awal tahun ini. Hal itu terbukti dari pergerakkan saham IATA yang terus menguat sejak akhir tahun 2021 hingga perdagangan Kamis, 10 Februari.

Mengutip data perdagangan, saham IATA yang pada akhir 2021 berada di level Rp65 telah naik menjadi Rp164. Artinya, saham IATA telah melonjak 152,3 persen.

Penguatan saham IATA itu pun tidak hanya menyita perhatian investor. Bursa Efek Indonesia (BEI) juga ikut memantau.

Melalui surat tertanda Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI Lidia M. Panjaitan dan Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan BEI Irvan Susandy, BEI menilai telah terjadi peningkatan harga saham IATA yang di luar kebiasaan (Unusual Market Activity/UMA).

Meski begitu, pengumuman UMA tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan di bidang pasar modal.

Namun BEI meminta para investor mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi pada saham IATA.

Seperti diketahui, Indonesia Transport & Infrastructure resmi berganti nama menjadi PT MNC Energy Investments Tbk. Perusahaan milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo ini sekaligus mengubah kegiatan usaha utamanya dari perusahaan pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi bidang investasi dan perusahaan induk, khususnya di sektor pertambangan batu bara.

Perubahan ini dilakukan untuk memitigasi kerugian akibat pandemi COVID-19. IATA mencatatkan pendapatan usaha sebesar 7,2 juta dolar AS di bulan September 2021, naik 15 persen dibanding 6,3 juta dolar AS pada bulan September 2020.

Akan tetapi, kenaikan tersebut diikuti dengan kenaikan berbagai beban usaha yang menghasilkan rugi bersih sebesar 4,7 juta dolar AS untuk periode yang berakhir pada tanggal 30 September 2021, naik 118 persen dibanding rugi bersih pada periode yang sama tahun sebelumya sebesar 2,1 juta dolar AS.

Mengingat industri penerbangan masih belum pulih, IATA meyakini ekspansi di bidang usaha baru menjadi solusi untuk memperbaiki nilai perusahaan. Memanfaatkan momentum yang timbul dari lonjakan harga komoditas batubara yang berkelanjutan dan permintaannya yang terus meningkat, IATA mengambil langkah strategis dengan merambah ke sektor energi, khususnya tambang batu bara.

Perseroan juga telah mendapat restu dari pemegang sahamnya untuk mengambil alih 99,33 persen saham PT Bhakti Coal Resources (BCR) dari PT MNC Investama Tbk (BHIT).