Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberikan pernyataan efektif kepada perusahaan miliik konglomerat Hary Tanoesoedibjo, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) untuk pelaksanaan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau Rights Issue.

Perseroan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14.840.555.748 saham beri B yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 180 dengan rasio 10:13 atau 10 saham yang dimiliki berhak untuk mendapatkan 13 HMETD. Sehingga rights issue ini bernilai sebanyak-banyaknya Rp 2,67 triliun.

Dalam keterangan resmi IATA yang dikutip Rabu 19 Oktober disebutkan, setelah dilaksanakannya rights issue ini, maka IATA akan dimiliki langsung oleh PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT).

Selain itu, perseroan akan memberikan tambahan hak dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.968.111.149 waran seri I, di mana setiap 5 saham hasil pelaksanaan HMETD melekat 1 waran seri I dengan harga pelaksanaan Rp 210.

Seluruh dana yang diperoleh akan dipergunakan untuk pelunasan seluruh promissory note perseroan yang diterbitkan kepada BHIT dengan cara membayar dengan uang dan/atau dengan konversi hak tagih menjadi saham perseroan dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR).

Selain itu, dana hasil rights issue akan digunakan untuk setoran modal kepada PT Bhakti Migas Resources (BMR) untuk investasi pengembangan usaha di sektor migas. BMR sedang mengevaluasi peluang eksplorasi di Indonesia Timur, yaitu Blok Semai III di Papua.

Dana rights issue juga bakal dipakai untuk setoran modal ke BCR untuk modal kerja dan pengembangan usaha di sektor pertambangan batu bara.

Seperti yang telah diketahui, perseroan mengalihkan pilar bisinis utamanya yang sebelumnya bergerak pada bidang pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi yang diawali dengan mengakuisisi 99,33% saham BCR yang merupakan perusahaan induk dari 8 perusahaan batu bara yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.

Dengan 1,6 miliar mt sumber daya batu bara yang dimiliki BCR, IATA melakukan langkah strategis memanfaatkan momentum meningkatnya permintaan batu bara dan kenaikan harga komoditas batu bara. IATA memandang penajaman fokus menjadi perusahaan energi dan investasi, khususnya di sektor batu bara, dapat membantu mendongkrak prospek bisnis perseroan.