Interview: Di Balik Jendela Rayhan Noor yang Penuh Lika-Liku
JAKARTA - Rayhan Noor bukanlah gitaris yang memiliki nama besar di kancah musik nasional. Namun, ia bisa dibilang sosok vital di balik berbagai proyek besar seperti Hindia, Agatha Pricilla, Lomba Sihir, dan masih banyak lainnya.
Selain itu, gitaris Glaskaca ini juga memiliki karya-karya solo seperti Colors (2020), House of Cards (2019), Dari Balik Jendela (2023), dan masih banyak lainnya.
Dari Balik Jendela akan masuk ke dalam album perdananya yang dirilis pada Mei mendatang. Album ini memiliki rentetan pesan personal, jika melihat dari tema utamanya yakni soal lika-liku di umur 20 hingga saat ini.
Untuk itu, VOI tertarik untuk membahas lebih dalam soal album yang diberi judul Menjelang Tiga Puluh ini. Simak wawancara lengkapnya berikut ini.
Lewat Instagram, Anda menyampaikan bahwa album ini tentang lika-liku hidup di umur 20 hingga sekarang, bisa dijelaskan lebih detailnya?
Semua yang terjadi 10 tahun terakhir ini ternyata banyak mengubah cara pandang gua tentang banyak hal. Untuk lebih baik atau lebih buruk, hidup gua pun juga berubah. Dan seperti karya-karya gua sebelum ini, apa yang gua tulis di album yang akan datang ini membantu gua untuk bisa lebih memahami semuanya.
Akan ada dua lagu di album ini yang segera rilis, apa berarti semua lagu di album ini sudah rampung?
Sudah, beberapa lagu sedang ada di tahap finalisasi saja.
Sejak kapan proses penulisan album ini?
Dari tahun 2020.
Siapa saja orang yang turut membantu album ini?
Enrico Octaviano, Natasha Udu, Tradeto, Agatha Pricilla, Rishanda Singgih, Yessi Kristianto, Dennis Ferdinand, Kamga Mohamed, Dimas Pradipta.
Dari sisi musik, apa yang ingin ditonjolkan pada album ini?
Jelas tetap gitar, instrumen yang paling gua kuasai. Namun pengaruh permainannya yang diperluas, karena gua mau musiknya menunjang cerita yang dibicarakan, bukan sebaliknya. Gua coba bawa pengaruh dari musik country, motown hingga 70’s rock.
Dalam hal isian gitar, ada perbedaan utama album ini dengan album Anda yang lain? Seperti Lomba Sihir atau Glaskaca misalnya?
Guitarwise, album ini lebih kalem secara intensitas, enggak meledak-ledak seperti di proyek yang lainnya.
Baca juga:
Anda selalu menggaungkan 24/7 Pop di Instagram pribadi. Bisa dijelaskan 24/7 Pop itu apa?
Istilah yang sering gua gunakan untuk menjabarkan tentang musik pop Rayhan Noor; bisa didengar kapan saja dan di mana saja, 24/7.
Kenapa baru terpikir sekarang untuk membuat album solo?
Kalau terpikir sih sudah dari lama, ya. Makan banyak waktu justru membulatkan pikiran tentang apa yang mau ditulis. Gua tuh orang yang sulit jujur tentang perasaan sendiri secara gamblang, sehingga karena proyek solo ini gua sendiri yang tulis, cukup lama buat gua untuk bisa benar-benar jujur sama diri sendiri.
Kira-kira kenapa orang harus mendengarkan album ini?
Gua cuma orang biasa di antara jutaan orang yang ada di luar sana. Gua rasakan ini gak spesial dan eksklusif, bisa jadi semua keresahan ini ya keresahan banyak orang. Album ini mewakili banyak perasaan gua dan karena gua cuma satu di antara jutaan orang. Bisa jadi album ini akan berbicara tentang perasaanmu juga.