Mengapa Pesepak Bola Menutup Mulut Saat Bicara di Lapangan?
JAKARTA - Kita mungkin sering melihat pesepak bola yang kerap menutup mulut saat bicara di lapangan. Sesungguhnya apa sih alasan mereka melakukan itu? Bukan karena takut mulutnya bau, kan?
Ternyata bukan. Menutup mulut digunakan sebagai taktik dalam banyak olahraga, terutama tenis dan bulu tangkis. Tapi para pemain sepak bola menggunakannya dalam konteks yang jauh lebih luas.
Dilansir dari berbagai sumber, ada berbagai alasan mengapa pesepak bola menutup mulutnya saat berbicara. Pertama, agar lawan tidak mengerti satu kata pun dari strategi yang sedang dibahas.
Kedua, untuk menghindari kamera agar media tidak menyulap suku kata yang keluar dari mulut pesepak bola dengan cara seenaknya. Sebagai contoh, saat Wayne Rooney mengatakan "bad luck" dan media memahaminya dengan "fat f***". Ya, Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi jika tidak menutup mulut.
Baca juga:
Yang ketiga, menutup mulut sambil berbicara membatasi suara kita dari orang-orang di sekitar. Ini membuat orang yang posisinya agak jauh dari kita tidak dapat mendengar apa yang dikatakan. Selain itu, saat berbicara dengan wasit menjadi lebih mudah lantaran wasit bisa memahami dan merahasiakan perspektif Anda tentang tindakan yang dimaksud.
Konsultan Hubungan Publik terkenal Phil Hall, yang telah bekerja dengan beberapa klub semisal Manchester City, West Ham dan Crystal Palace dan sejumlah nama besar lainnya di Liga Premier mengatakan, tidak ada yang disarankan untuk menutupi mulut untuk melindungi rencana vital tim.
"Seorang pemain pernah mengatakan kepada saya salah satu alasan utama mereka melakukannya adalah, kadang-kadang Anda melakukannya ketika Anda dekat dengan seseorang, itu memperkuat suara Anda sehingga mereka dapat mendengar Anda," jelas Hall, melansir Daily Mail.
"Ada banyak suara di sekitar mereka di stadion dan di lapangan, mereka perlu memperkuat suara. Di lokasi yang gaduh, ketika Anda berbicara secara normal suara jadi menyebar.
"Jika kamu meletakkan tanganmu di mulutmu dan mengarahkannya ke orang yang kamu ajak bicara itu jauh lebih jelas."
Tidak Menutup Mulut Bisa Berbuah Hukuman
Berbicara soal kamera yang bisa menangkap kata-kata yang dilontarkan pesepak bola, lebih jauh kita harus mengingat peristiwa di Liga Champions 2010-2011. Saat itu Real Madrid menghadapi Ajax Amsterdam di penyisihan grup.
Pelatih Los Blancos saat itu, Jose Mourinho tertangkap kamera menyuruh kiper kedua Madrid Jerzy Dudek memberikan sebuah pesan di belakang gawang Iker Casillas. Keduanya sempat terlihat berbicara. Tak lama kemudian, Casillas melakukan percakapan dengan Sergio Ramos dan Xabi Alonso.
Ramos dan Alonso lantas diusir wasit Craig Thomson karena mengulur-ulur waktu jelang laga usai. UEFA melakukan investigasi terkait kasus ini. Mereka menilai Mourinho sengaja menginstruksikan Ramos dan Alonso untuk mengulur-ulur waktu dan diusir wasit. Sang pelatih ingin Alonso dan Ramos lebih bugar saat tampil di babak 16 besar setelah Madrid memastikan menjadi juara Grup G. Kedua kiper mereka, Casillas dan Dudek, juga dinilai bersalah.
Mundur lagi ke belakang. Masih ingat kasus Zinedine Zidane dengan Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006? Saat itu, Zidane menanduk dada Materazzi yang sebelumnya melakukan provokasi. Tahukah kata-kata yang dilontakan Materazzi?
Sejumlah media, beberapa saat setelah insiden tersebut, menyewa ahli pembaca gerak bibir. Radio BBC dan harian The Times Inggris menyewa Jessica Rees, pembaca gerak bibir forensik profesional yang memegang sertifikat dari Universitas Cardiff.
Perempuan yang saat itu berusia 36 tahun tersebut bisa membaca gerak bibir orang dalam beberapa bahasa hanya dengan melihat rekaman video. Dalam mengungkap kata-kata yang dilontarkan Matrix - julukan Materazzi, Rees menyebut bek Italia menyebut Zidane sebagai 'seorang teroris kotor'. Matrix juga menambahkan kata 'viffanculo' setelah ucapannya. Dalam bahasa Inggris, kata itu bisa diartikan 'f*** off'. Zidane yang pernah bermain di Liga Italia bersama Juventus tentunya paham dengan kata tersebut.
Sementara itu, pembaca gerak bibir lain, Marianne Frere mengungkap hasil yang kurang lebih sama kepada harian The Sun. Sementara pembaca gerak bibir yang disewa televisi Globo Brasil mengungkap Materazzi menyebut saudara perempuan Zidane sebagai seorang pelacur.
Terlepas dari benar tidaknya apa yang dikatakan Materazzi - serta bukan bermaksud untuk mendukung tindakan Matrix terhadap Zizou - menutup mulut saat bicara di atas lapangan adalah pilihan terbaik buat para pesepak bola. Meski demikian, saat emosi memuncak, siapa sih yang ingat untuk menutup mulut?