Moskow Bakal Jadi Tuan Rumah Pertemuan Rusia, Turki, Iran dan Suriah, Bahas Apa?

JAKARTA - Pembicaraan empat mata antara wakil menteri luar negeri Turki, Rusia, Iran dan Suriah akan diadakan di Moskow pada awal April, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov dikutip pada Hari Senin oleh kantor berita milik pemerintah Rusia, RIA.

Situasi di Suriah dan normalisasi hubungan antara Ankara dan Damaskus akan menjadi fokus utama dari konsultasi tersebut, yang sebelumnya dijadwalkan pada pertengahan Maret sebagai persiapan untuk pertemuan tingkat yang lebih tinggi antara para menteri luar negeri Turki, Rusia, Iran, dan Suriah.

Pembicaraan yang awalnya diusulkan oleh Moskow dan kemudian ditunda karena "alasan teknis", pada akhirnya akan membuka jalan bagi para pemimpin keempat negara untuk bertemu.

Meskipun tanggalnya belum dikonfirmasi oleh ketiga pihak lainnya, pertemuan para menteri luar negeri ini akan menandai pembicaraan tingkat tinggi lainnya sejak perang Suriah dimulai pada tahun 2011.

Teheran menyatakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam pertemuan tersebut, selama kunjungan diplomat tertinggi Hossein Amirabdollahian ke Ankara pada awal Maret.

"Iran mendukung pencairan hubungan antara Turki dan Suriah, dua negara penting di Asia Barat," kata Amirabdollahian kepada para wartawan bersama mitranya Menlu Turki, Mevlüt Çavuşoğlu, yang juga meyakinkan, "Iran siap untuk melakukan perannya dalam meredakan perbedaan pendapat antara Damaskus dan Ankara," seperti melansir Daily Sabah 28 Maret.

Presiden Recep Tayyip Erdogan baru-baru ini juga mengindikasikan bahwa ia dapat bertemu dengan Presiden Bashar Assad untuk mendiskusikan kebangkitan hubungan, usai menteri pertahanan mereka mengadakan pertemuan penting di Moskow pada Bulan Desember untuk membahas upaya kontraterorisme di Suriah, setuju untuk melanjutkan pertemuan tripartit untuk memastikan stabilitas di negara yang dilanda perang tersebut dan wilayah yang lebih luas.

Presiden Putin, Presiden Erdogan dan Presiden Raisi dalam pertemuan Format Astana di Teheran tahun 2022. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Para analis mengatakan, Moskow ingin menjembatani kesenjangan antara kedua negara yang melihat "musuh" yang sama dalam kelompok-kelompok teroris seperti PKK dan YPG cabang Suriah, yang didukung oleh Washington, yang merupakan ancaman bagi Turki dan integritas teritorial Suriah.

Dalam sebuah kunjungan yang jarang terjadi ke luar negeri, Presiden Assad bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow pada tanggal 15 Maret untuk mendiskusikan hubungan Ankara-Damaskus, di mana ia menekankan bahwa Suriah mendukung dialog "jika itu mengarah pada pencapaian kepentingan rakyat Suriah dan persatuan serta integritas wilayah Suriah dan mengarah pada hasil yang jelas."

Konflik di Suriah yang telah menewaskan ratusan ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi dan menarik kekuatan regional dan dunia, telah memasuki tahun ke-12, meskipun pertempuran telah mereda.

Dengan dukungan dari Rusia dan Iran, Pemerintahan Presiden Assad telah menguasai sebagian besar wilayah Suriah. Para pejuang oposisi yang didukung Turki masih menguasai sebuah kantong di barat laut, dan para teroris YPG juga menguasai wilayah di dekat perbatasan Turki.

Sementara, Washington tidak mendukung negara-negara yang membangun kembali hubungan dengan Presiden Assad.

"Kami tidak mendukung negara-negara yang meningkatkan hubungan mereka atau menyatakan dukungan untuk merehabilitasi diktator brutal Bashar Assad," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, setelah pertemuan di Moskow.

AS terutama bermitra dengan YPG dalam memerangi ISIS di Suriah, namun Ankara menentang keras kehadiran PKK/YPG di wilayah tersebut, yang mana mereka melakukan serangan-serangan ke wilayah Turki dan meneror warga Suriah.

Diketahui, Pertemuan Format Astana dari negara-negara penjamin tetap menjadi satu-satunya jalan menuju solusi politik untuk saat ini.