Menlu AS Siapkan Bukti Untuk Menuduh Iran Bersekongkol dengan Al Qaeda

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo hendak mengerahkan Intelijen AS yang baru untuk menyiapkan tuduhan terbuka soal Iran yang berhubungan dengan Al Qaeda. Langkah itu merupakan bagian dari serangan di penghujung jabatan Pompeo kepada Iran, sebelum Presiden terpilih AS Joe Biden resmi dilantik.

Selama delapan hari sisa jabatan Presiden AS Donald Trump, Pompeo diharapkan menawarkan rincian tentang tuduhan bahwa Iran memberikan tempat berlindung yang aman bagi para pemimpin Al Qaeda dan dukungan untuk kelompok tersebut. Meski demikian, ada beberapa skeptisisme dalam komunitas intelijen dan Kongres.

Menurut laporan Reuters, Selasa 12 Januari 2021, tidak jelas berapa banyak hal yang ingin diungkapkan Pompeo dalam pidatonya di National Press Club di Washington DC. Dia bisa saja mengutip informasi yang tidak dirahasiakan tentang pembunuhan orang kedua al Qaeda di Teheran pada Agustus, kata sebuah sumber yang berbicara tanpa menyebut nama.

Sementara The New York Times melaporkan pada November 2020 bahwa Abu Muhammad al Masri, yang dituduh membantu mendalangi pengeboman pada 1998 di dua kedutaan besar AS di Afrika, ditembak mati oleh operasi Israel di Iran. Iran membantah laporan itu, dengan mengatakan tidak ada "teroris" al Qaeda di wilayahnya.

Iran telah menjadi target di seluruh pemerintahan Trump dan Pompeo telah berusaha untuk lebih meningkatkan tekanan terhadap Iran. Usaha tersebut meningkat dalam beberapa pekan terakhir dengan lebih banyak sanksi dan retorika yang memanas.

Penasihat Presiden terpilih Joe Biden percaya bahwa pemerintahan Trump sedang berusaha mempersulit Biden untuk terlibat kembali dengan Iran. Joe Biden sendiri berjanji untuk bergabung kembali dengan kesepakatan internasional tentang program nuklir Iran.

Pompeo menuduh Iran memiliki hubungan dengan Al Qaeda di masa lalu, tetapi belum memberikan bukti konkret. Ia menuduhkan hal tersebut sejak 2017. 

Mirip Bush

Tuduhan serupa pernah dilontarkan pada era rezim George W. Bush. Saat itu Pemerintah Bush mengatakan adanya hubungan Iran dengan serangan Al Qaeda pada 11 September 2001 di AS, yang mana tuduhan itu didiskreditkan. Namun laporan telah muncul selama bertahun-tahun tentang operasi Al Qaeda yang bersembunyi di Iran.

Seorang mantan pejabat senior intelijen AS dengan pengetahuan langsung tentang masalah ini mengatakan bahwa Iran tidak pernah bersahabat dengan Al Qaeda, bahkan sebelum atau setelah serangan 11 September. Klaim kerja sama seperti ini harus dilihat dengan hati-hati.

Hubungan antara Iran dan AS memburuk sejak 2018 ketika Trump meninggalkan kesepakatan nuklir Iran 2015. Trump berjanji mencabut sanksi ketat kepada Iran jika negara itu mencabut kegiatan nuklirnya. 

Sejak awal pemerintahannya, Trump telah menjatuhkan sanksi kepada pejabat, politisi, dan perusahaan Iran. Hal tersebut adalah upaya untuk memaksa Iran merundingkan kesepakatan yang lebih luas yang selanjutnya membatasi kegiatan nuklirnya. Lebih banyak sanksi yang diperkirakan akan diluncurkan sebelum Trump meninggalkan jabatannya.

Sementara sanksi telah menurunkan tajam ekspor minyak Iran. Hal tersebut berujung meningkatkan kesulitan ekonomi rakyat biasa Iran dan sanksi itu pun sebenarnya gagal membawa Iran kembali ke meja perundingan.