Pemetaan Lokasi Black Box Sriwijaya Air SJ-182 Dipersempit Jadi 140x100 Meter
JAKARTA - Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono menyebut pemetaan area sinyal black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 telah diperkecil.
Yudo menuturkan, saat ini radar pencarian lokasi black box menjadi 140x100 meter, menggunakan alat pemancar sonar atau multibeam Echosounder sejak awal pemetaan.
"Dari hasil multibeam, sudah kita petakan ternyata tinggal satu area segitiga yakni 140 x 100 meter. Mudah-mudahan, dengan (area) ini penyelam semakin fokus," kata Yudo di atas KRI Rigel-933, Senin, 11 Januari.
Dalam pencarian black box, tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, dan sejumlah relawan menerjunkan penyelam pada siang hari. Lalu pada sore hari, TNI AL akan menurunkan Remote Operator Vehicle atau ROV untuk mencari Black Box milik Sriwijaya SJ-182.
"Untuk ROV, karena siang hari masih banyak penyelam, tidak mungkin diturunkan karena nanti kabelnya kena penyelam. Begitu penyelam istirahat, ROV kita turunkan untuk melihat bawah air dengan tiga dimensi," tutur Yudo.
Meski memiliki 160 penyelam yang terdiri dari sejumlah elemen untuk mencari black box yang diperkirakan berada 16 meter di bawah air, Yudo mengaku tidak mudah dalam proses pencarian. Sebab, diduga black box tertutup oleh serpihan-serpihan pesawat.
"Pengalaman saya memimpin SAR Lion Air kan butuh waktu juga karena masih banyak puing-puing di situ. Apalagi, ini baru dua hari dan puing-puing yang ditemukan masih sedikit dan akan kita ambil terus karena di bawah masih banyak," ungkap dia.
Baca juga:
Sebagai informasi, black box adalah alat penting untuk mengidentifikasi penyebab jatuhnya pesawat. Adapun Black Box yang terpasang pada pesawat terbang terbagi menjadi dua bagian yakni Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (VCR).
FDR bertugas untuk menyimpan parameter penerbangan selama 25 jam sebelum ditimpa dengan rekaman baru. Informasi tersebut meliputi kecepatan, ketinggian, waktu, hingga arah pesawat.
Sedangkan VCR menyimpan percakapan antara pilot kepada krunya atau menara pengawas. Periode rekamannya selama dua jam, dan setelahnya ia akan terus merekam ulang dengan sendirinya dan menimpa data sebelumnya.