JAKARTA - Pencarian Sriwijaya Air SJ-182 akhirnya membuahkan hasil. Sinyal dari kotak hitam atau black box dari pesawat Boeing 737-500 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta pada Sabtu (9 Januari 2021) berhasil ditemukan oleh ping locator. Sinyal tersebut berada di kedalaman 23 meter di bawah permukaan laut.
Kotak hitam, yang terdiri dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) diharapkan bisa memecahkan misteri penyebab jatuhnya pesawat yang terbang dari Jakarta menuju Pontianak tersebut.
Kotak hitam itu bisa ditemukan dengan menggunakan beberapa peralatan canggih, salah satunya adalah Multibeam Echosounder. Alat ini juga digunakan untuk melacak badan pesawat yang hingga saat ini masih belum ditemukan seluruhnya.
Apa itu Multibeam Echosounder?
Multibeam Echosounder (MBES) adalah alat ukur kedalaman air yang menggunakan prinsip yang sama dengan Singlebeam Echosounder (SBES), yakni menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal gelombang suara.
Perbedaan utama SBES dengan MBES adalah pada jumlah beam yang dipancarkan. SBES hanya memancarkan satu pancaran suara (beam) pada satu titik sepanjang lajur survei, sedangkan MBES memancarkan lebih dari satu beam hingga mendapatkan banyak titik kedalaman dalam satu kali pancaran gelombang akustik.
Berbeda dengan SBES, pola pancaran MBES melebar dan melintang terhadap badan kapal. Sehingga saat kapal bergerak menghasilkan sapuan luasan area permukaan dasar laut. Jarak jangkauannya pun cukup luas, kiri 150 meter dan kanan 150 meter.
Alat ini merupakan pengembangan dari Singlebeam Echosounder dan digunakan untuk memperoleh gambaran atau model bentuk permukaan (topografi) dasar perairan.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Yudo Margono menyebutkan pemetaan area sinyal black box atau kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ-182 telah dipersempit. Yudo mengatakan bahwa pihaknya menggunakan alat pemancar sonar atau Multibeam Echosounder sejak awal pemetaan.
"Dari hasil multibeam, sudah kita petakan ternyata tinggal satu area segitiga, yakni 140x100 meter. Mudah-mudahan, dengan area ini, penyelam semakin fokus," ujarnya di atas KRI Rigel-933, Senin (11 Januari 2021).
Seperti sistem sonar lainnya, sistem multibeam memancarkan gelombang suara dalam bentuk seperti kipas di bawah lambung kapal.
BACA JUGA:
Prinsip kerja dari MBES adalah berdasarkan pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut, beberapa pancaran suara secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam.
MBES dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan kurang dari 1 m akurasi horisontalnya).
Batimetri adalah studi tentang kedalaman air danau atau dasar lautan. Dengan kata lain, batimetri adalah setara dengan hipsometri bawah air.
Penggunaan teknologi ini juga sangat membantu dalam pencarian sumber daya ikan yang baru, sehingga akan mempercepat pengambilan keputusan atau kebijakan, terutama untuk menetapkan daerah penangkapan ikan agar potensi ikan dapat dipertahankan.
Alat pencari lainnya yang digunakan adalah Side Scan Sonar (SSS). Alat ini dapat membantu deteksi suara, serta mendeteksi besar dan kecilnya partikel penyusun permukaan dasar laut. Deteksinya berupa batuan, lumpur, pasir, kerikil, atau tipe-tipe dasar perairan yang lain.
Side Scan Sonar yang digunakan adalah tipe Edgetech 4125. Teknologi ini juga digunakan untuk penelitian perikanan, operasi pengerukan serta studi lingkungan dan juga dapat mendeteksi ranjau.
Selain MBES dan SSS, Basarnas juga menggunakan alat pencari canggih lainnya yaitu ROV (Remotely Operated underwater Vehicle).
ROV adalah kendaraan bawah air tanpa awak yang dioperasikan dengan alat pengendali jarak jauh (remote control) yang mampu menyelam hingga kedalaman 1.000 meter atau diseret menggunakan kapal.
ROV dilengkapi dengan sumber listrik untuk menghidupkan lampu dan kamera sensor yang dibawanya. Sementara untuk meningkatkan kemampuan kinerja, ROV biasanya ditempel dengan sejumlah peralatan tambahan lainnya.
Di antaranya, magnetometer untuk mengukur magnetisasi bahan magnetik, manipulator atau lengan untuk memotong benda dan mengambil sampel air, hingga instrumen untuk mengukur kejernihan air, penetrasi cahaya dan suhu.
Kelengkapan tersebut dapat ditemukan pada ROV yang sudah dikembangkan dengan kemampuan teknologi yang mutakhir. ROV yang digunakan dalam operasi pencarian ini adalah tipe H800.
H800 masuk kategori ROV untuk keperluan observasi dan pekerjaan ringan (light duty work). Robot bawah laut tipe ini mampu menyelam sampai kedalaman 1.000 meter.