Perjalanan Sriwijaya Air: Pernah Dapat Penghargaan dari Amerika Serikat hingga Jatuh di Kepulauan Seribu
JAKARTA - Maskapai Sriwijaya Air tengah menjadi sorotan publik setelah pesawat dengan kode penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak hilang kontak pada Sabtu, 9 Januari. Pesawat tersebut jatuh di perairan Kepulauan Seribu atau di sekitar Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Hingga saat ini, proses pencarian korban masih terus dilakukan oleh sejumlah pihak, termasuk TNI AL. Sudah cukup banyak barang bukti yang berhasil ditemukan. Mulai dari pecahan bodi pesawat ukuran kecil, potongan tubuh hingga baju anak berwarna pink
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 take off pukul 14.36 WIB. Satu menit kemudian pesawat berada di ketinggian 1.700 kaki dan diizinkan naik kek ketinggian 29 ribu kaki dengan mengikuti standar instrumen.
"Pukul 14.40 Sriwijaya tidak ke arah 075 derajat melainkan ke barat laut, oleh karenanya ditanya ATC untuk melaporkan arah pesawat. Tidak lama kemudian, dalam hitungan seconds, SJY 182 hilang dari radar,” kata Budi, Sabtu, 9 Januari.
Berdasarkan data manifest, pesawat yang diproduksi tahun 1994 itu membawa 62 orang terdiri atas 50 penumpang dan 12 orang kru. Dari jumlah tersebut, 40 orang dewasa, tujuh anak-anak, tiga bayi. Sedangkan 12 kru terdiri atas, enam kru aktif dan enam kru ekstra.
Sementara itu, Direktur Utama Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena mengatakan pesawat yang jatuh di sekitar Kepulauan Seribu tersebut dalam kondisi sehat dan tak bermasalah.
"Kalau kondisi pesawat dalam keadaan sehat, sebelumnya pulang pergi ke Pontianak dan harusnya tidak ada masalah. Laporan dari maintenance semuanya lancar," kata Jefferson dalam dalam konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten yang disiarkan di Kompas TV, Sabtu, 9 Januari.
Dia juga menyebut penundaan atau delay yang terjadi selama 30 menit sebelum penerbangan, bukan disebabkan adanya kerusakan mesin pesawat. Penundaan ini terjadi akibat adanya cuaca buruk di rute penerbangan yang akan dilalui.
"Delay akibat hujan deras. Makanya kemudian ada sebelum boarding," tegasnya.
Profil Sriwijaya Air
PT Sriwijaya Air merupakan maskapai penerbangan nasional yang berdiri pada 10 November 2003. Dikutip dari laman sriwijayaair.co.id, Senin, 11 Januari, Sriwijaya Air adalah salah satu maskapai terbesar di Indonesia yang menerbangkan lebih dari 950 ribu penumpang setiap bulan.
Perusahaan ini adalah perusahaan swasta murni yang didirikan oleh Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim.
Beberapa tenaga ahli yang turut menjadi pionir berdirinya Sriwijaya Air di antaranya adalah Supardi, Capt. Kusnadi, Capt. Adil W, Capt. Harwick L, Gabriella, dan Suwarsono.
Pada mulanya Sriwijaya Air hanya mengoperasikan 1 armada Boeing 737-200. saat ini, Sriwijaya Air mengoperasikan sudah mengoperasikan berbagai pesawat. Di antaranya adalah Boeing 737-99ER, Boeing 737-88 NG, Boeing 737 500 W, dan ATR 72-600.
Perusahaan dengan slogan Your Flying Partner ini memiliki 48 armada pesawat Boeing dengan melayani terbang ke 53 destinasi termasuk tiga negara di tingkat regional dan daerah-daerah tujuan wisata populer lainnya di seluruh Indonesia.
Sriwijaya Air berkonsentrasi pada bisnis penerbangan penumpang dan layanan pengiriman barang, dengan jangkauan nasional maupun regional.
Untuk pemeliharaan armada, Sriwijaya Air memiliki perjanjian dengan Garuda Maintenance Facility (GMF) sebagai penyedia pemeliharaan terpercaya di Indonesia dengan standar internasional.
Anak Usaha Sriwijaya
Dikutip dari laman flynamair.com, NAM Air resmi diperkenalkan kepada publik pada 26 September 2013. Maskapai ini merupakan bagian dari Sriwijaya Air Group atau anak usahanya.
Pada prinsipnya tidak banyak perbedaan antara Sriwijaya Air dan NAM Air. Dari segi penggunaan warna atau color identity, NAM Air masih menggunakan kombinasi warna yang serupa dengan Sriwijaya Air.
Diilhami oleh color identity Sriwijaya Air, NAM Air menggunakan warna yang sama yaitu merah, putih dan biru. Maknanya adalah menandakan keberanian, kejujuran dan simbolisasi keberadaan NAM Air yang selalu mengudara di angkasa.
NAM Air memulai penerbangan perdana atau inaugural flight dari Jakarta menuju Pangkal Pinang dengan menggunakan pesawat Boeing 737-500 pada pukul 10.00 Wib, tanggal 11 Desember 2013. Sementara penerbangan regular pertama pada 19 Desember 2013 dengan menggunakan dua pesawat jenis yang sama pada saat penerbangan perdana.
Dalam kategori bisnisnya, NAM Air berada pada kategori medium service, sama halnya dengan posisi yang diterapkan oleh Sriwijaya Air. Dengan kesamaan posisi ini maka segala bentuk pelayanan pelanggan sama persis antara Sriwijaya Air dan NAM Air.
Keselamatan Penerbangan
Masih dari sumber sriwijayaair.co.id, Sriwijaya Air menekankan bahwa keselamatan adalah hal yang sangat penting dan merupakan prioritas yang absolut. Pemeliharaan armada dari Sriwijaya Air dilakukan oleh tim pakar mesin pesawat dari dalam maupun luar negeri.
Standar pemeliharaan pesawat dari Sriwijaya Air mengikuti prosedur baik dari standar manufaktur dan regulasi dari Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara.
Kerja keras tim pemeliharaan membuahkan penghargaan dari Boeing atas komitmen mempromosikan keamanan penerbangan. Sriwijaya Air juga berhasil meraih penghargaan dari Kementerian Transportasi Indonesia pada 2008.
Pada 2015, Sriwijaya Air juga mendapatkan sertifikasi Basic Aviation Risk Standard (BARS) dari Flight Safety Foundation yang berbasis di Amerika Serikat.
Tertulis juga, penerbang beserta kru pesawat yang terlatih dan berpengalaman melengkapi keseluruhan prosedur keselamatan Sriwijaya Air.
Insiden dan Kecelakaan
Sebagai maskapai yang berdiri sejak 2003 ini, sudah banyak hal yang mewarnai perjalanannya hingga saat ini. Dikutip dari berbagai sumber, maskapai ini memiliki rekam jejak kecelakaan. Tercatat sejak maskapai ini berdiri, kecelakaan yang dialami tidak pernah memakan korban jiwa. Namun, kecelakaan pesawat yang terjadi pada 9 Januari 2021, menjadi catatan kelam dari perjalanan maskapai ini, sebab memakan korban jiwa yang belum pasti jumlahnya.
Berikut data kecelakaan pesawat Sriwijaya:
Pertama, pada 27 Agustus 2008, Sriwijaya Air Penerbangan 062 tergelincir di Bandar Udara Sultan Thaha Syaifuddin saat sedang mendarat. Kejadian ini disebabkan kerusakan yang terjadi pada sistem rem. Pada kejadian tersebut tercatat tidak ada korban jiwa.
Kedua, Sriwijaya Air dengan rute Jakarta-Padang dikabarkan tergelincir saat mendarat di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, pada 27 Januari 2010. Tidak tercatat ada korban jiwa dalam insiden ini.
Ketiga, ditinggal 20 Desember 2011, Sriwijaya Air SJ 230 PK-CKN rute Jakarta-Yogyakarta tergelincir di Bandara Adisutjipto. Tidak ada korban jiwa yang tercatat.
Keempat, Sriwijaya Air dengan kode penerbangan SJ 0021 rute Medan-Padang salah mendarat di Bandar Udara Tabing pada 13 Oktober 2012 dan tidak ada korban jiwa.
Kelima, pada 27 Maret 2013, Sriwijaya Air penerbangan Medan ke Padang tergelincir ketika baru saja mendarat di Bandara Internasional Minangkabau. Namun, tidak ada korban jiwa.
Terakhir, pesawat Sriwijaya dengan kode penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak dikabarkan hilang kontak pada 9 Januari. Setelah dilakukan pencarian, pesawat ini jatuh menghujam perairan laut Kepulauan Seribu atau di antara Pulau Lancang dan Pulau Laki.
Dalam kecelakaan ini, belum pasti berapa jumlah korban jiwanya. Namun, berdasarkan keterangan Wakil Kepala RS Polri Kombes Hariyanto mengatakan, pada pukul 21.00 WIB, Minggu, 10 Januari, total kantong jenazah yang diterima sebanyak 8 kantong berisi 10 body part korban.