Mendag Zulhas Akui Bikin Bursa Kripto Sulit, Target Bakal Mundur?
JAKARTA - Menteri Perdangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa membentuk bursa kripto bukan perkara yang mudah.
Ia pun mengakui hal ini cukup sulit.
Meski begitu, Zulhas sapaan akrab Zulkifli Hasan menegaskan, pembentukan bursa kripto tidak akan mundur dari target. Ia mengatakan bursa akan selesai terbentuk pada Juni dan paling lambat Juli 2023.
“Mudah-mudahan (Juni-Juli), karena kripto lebih susah, tetapi kan komoditinya sudah ada,” ujarnya kepada wartawan, Selasa, 7 Maret.
Sekedar informasi, pemerintah terus mendorong terbentuknya bursa kripto di Indonesia. Mengingat, aset kripto berada pada urutan ketiga dalam instrumen investasi di Indonesia berdasarkan survei dari Center of Economic of Law Studies (Celios).
Sebelumnya diberitakan, Zulhas mengungkapkan bahwa bursa kripto Indonesia akan segera hadir sebelum bulan Juni tahun ini. Meningkatnya jumlah pelaku perdagangan aset kripto di Indonesia (lebih dari 16,55 juta orang) menjadi salah satu alasan dihadirkan bursa kripto.
Awal Januari lalu, Kemendag mengungkapkan bahwa adanya bursa kripto ini akan mempermudah Bappebti dalam memperoleh informasi dari exchanger atau pelaku perdagangan.
“Dari 25 bursa kripto yang ada, hanya sekitar 5 yang aktif. Mudah-mudahan kita punya bursa kripto, dan sebelum bulan Juni nanti kita sudah launching bursa kripto Indonesia,” kata Mendag Zulkifli dalam acara Bulan Literasi Kripto 2023, yang dilaksanakan pada Kamis, 2 Februari di Jakarta.
Baca juga:
- Bagikan Tips Sukses ke Pelaku UMKM, Mendag Zulhas: Ubah Kesulitan jadi Peluang
- Mendag Zulhas: Kolaborasi dan Kerja Sama Jadi Kunci Capai Visi Indonesia Maju 2045
- OJK Fokus soal Perpindahan Kantor ke IKN dan Pembenahan Menyusul Terbitnya UU P2SK
- Bulan Literasi Kripto Indonesia 2023 Diharap Bisa Kontribusi ke Perekonomian
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko mengatakan, meningkatnya pembayaran aset kripto di Indonesia tidak dibarengi dengan literasi lebih lanjut tentang industri ini.
“Banyak masyarakat yang tidak paham betul tentang aset kripto. Di Indonesia sendiri terdapat 16,55 juta pelanggan aset kripto, namun tingkat pemahaman belum berjalan baik. Masih ada platform yang belum terdaftar Bappebti,” ujar Didid.