Israel Tangkap Enam Tersangka Terkait Bentrokan di Permukiman Tepi Barat Palestina

JAKARTA - Polisi Israel menangkap enam tersangka atas amukan pemukim di permukiman Tepi Barat yang diduduki awal pekan ini, setelah serangan bersenjata yang mematikan oleh seorang Palestina.

Seorang pria bersenjata Palestina membunuh dua laki-laki bersaudara Israel pada Hari Minggu ketika mereka berkendara di Tepi Barat yang diduduki, yang memicu serangan pemukim Israel terhadap rumah-rumah dan mobil-mobil yang menewaskan satu orang Palestina, kata para pejabat.

Polisi Israel mengatakan pada Hari Rabu, mereka berharap untuk melakukan lebih banyak penangkapan selama penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap kekerasan pemukim di dan sekitar Huwara, sebuah desa Palestina di mana dua bersaudara Israel dari pemukiman di dekatnya ditembak mati.

Mayor Jenderal Yehuda Fuchs, yang memimpin militer Israel di daerah tersebut mengatakan, pasukannya telah bersiap untuk melakukan pembalasan terhadap para pemukim, namun mereka dikejutkan oleh intensitas kekerasan yang menurutnya dilakukan oleh puluhan orang.

"Insiden di Huwara adalah sebuah pogrom yang dilakukan oleh para penjahat," katanya kepada N12 News pada Hari Selasa, melansir Reuters 1 Maret.

'Pogrom' adalah serangan massa, yang sering kali disetujui oleh pihak berwenang, terhadap minoritas agama, ras, atau nasional. Istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut serangan terhadap orang-orang Yahudi di Kekaisaran Rusia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

Komentar Fuchs muncul di tengah meningkatnya ketegangan di dalam pemerintahan nasionalis-religius Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang mencakup para pendukung permukiman garis keras yang menuntut tindakan keras terhadap serangan Palestina.

Salah satunya, Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir, telah menyerukan kepada orang-orang "untuk tidak main hakim sendiri". Sementara, Partai Kekuatan Yahudi menuduh Netanyahu lemah dalam hal terorisme.

"Ini bukan 'main hakim sendiri', karena orang yang taat hukum tidak menebar teror di antara penduduk (sipil)," kata Fuchs.

"Hukuman kolektif tidak membantu memerangi terorisme, sebaliknya, hal itu bahkan dapat menyebabkan terorisme," tandasnya.

Dengan Bulan Duci Ramadan dan perayaan Paskah Yahudi yang tinggal beberapa minggu lagi, para mediator asing telah berusaha meredam ketegangan yang melonjak setelah serentetan serangan jalanan Palestina dan serangan militer Israel yang mematikan.

"Saya khawatir," kata Duta Besar AS Tom Nides pada konferensi Institut Studi Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv pada Selasa malam.

"Ini akan menjadi periode yang sangat rumit yang akan kita hadapi, kita harus menjaga keadaan setenang mungkin agar tidak menjadi tidak terkendali, yang dapat dengan mudah terjadi," tandas Nides.