Bukan PSSI Namanya Kalau Tak Ada Drama
JAKARTA - Pengamat sepak bola nasional, Kesit Budi Handoyo heran mengapa bisa muncul drama dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat pada 16 Februari lalu. Drama terjadi saat pemilihan wakil ketua umum PSSI.
Sejumlah voters protes dengan hasil penghitungan suara yang memenangkan Zainudin Amali dengan 66 suara dan Yunus Nusi dengan 63 suara. Voters meminta untuk membuka ulang kertas suara karena diduga terjadi manipulasi.
“Ada nama-nama calon wakil ketua yang katanya ditulis oleh voters tapi tidak keluar. Muncul kabar kotak suara sebelum dibuka sempat dibawa kemana dulu, enggak tahulah benar atau enggak,” kata Kesit kepada VOI pada 17 Februari 2023.
Pemilihan wakil ketua umum PSSI akhirnya diulang. Ternyata, hasilnya jauh berbeda. Ratu Tisha mendapat 54 suara dan Yunus Nusi 53 suara. Sementara Zainudin Amali yang juga menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga saat ini, hanya berada di urutan ketiga dengan 44 suara.
“Artinya ada sesuatu, ada manipulasi penghitungan. Dari pengalaman yang saya lihat dan ikuti, belum pernah terjadi pengulangan karena salah hitung,” ucap Kesit.
Sehingga, wajar bila muncul kecurigaan. Terlebih, bila melihat langkah Yunus Nusi yang sengaja mengundurkan diri agar Zainudin Amali dapat naik menggantikannya sebagai wakil ketua umum PSSI.
Begitupula Ratu Tisha yang seharusnya menjadi wakil ketua 1 dan Zainudin Amali wakil ketua 2 malah bertukar posisi.
“Ini kenapa? Apa karena Yunus Nusi itu tim suksesnya Zainudin Amali? Sehingga dia merasa enggak enak, jadi mundur. Atau mungkin ada tekanan, kok menteri kalah. Terkesan posisi Zainudin Amali dipaksakan, jadi waketum bukan karena menang tetapi karena pemberian,” ucap Kesit.
Yunus Nusi dalam konferensi pers setelah KLB pun menganggap Zainudin Amali lebih mumpuni untuk menjadi wakil ketua umum PSSI.
“Beliau telah memberikan yang terbaik buat sepak bola dan olahraga di Indonesia. Tiga tahun sudah saya bersama beliau, saya tahu persis keikhlasan beliau buat memajukan sepak bola Indonesia,” tutur Yunus.
Tapi, kata Kesit, “Ya sudahlah. Kita tatap langkah PSSI ke depan saja mau seperti apa. Saya mengucapkan selamat kepada Pak Erick Thohir yang terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. Yang pasti tugas berat sudah menanti,” tambahnya.
Menanti Langkah Erick Thohir
Menurut Kesit, Erick Thohir tentu sudah mendapat banyak masukan terkait beragam persoalan yang tengah melanda PSSI. Sebagai seorang profesional, dia memahami apa yang harus dilakukan.
Tugas terberat adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap PSSI. Erick Thohir, kata Kesit, harus memberikan skala prioritas pembenahan apa yang harus didahulukan.
“Masyarakat ketika bicara PSSI, pasti melihatnya tim nasional. Ini langkah baik. Tapi, jangan juga dikasih janji-janji manis bahwa kita bisa juara SEA Games, bisa juara AFF. Khawatir masyarakat berekspektasi tinggi tapi ujung-ujungnya tidak tercapai karena fondasi kita masih lemah,” tutur Kesit.
Pembinaan masih belum berjalan efektif, kompetisi juga sama. Begitupun sumber daya manusia yang mumpuni secara teknis.
“Berapa banyak sih pelatih profesional yang kita punya, pelatih usia muda yang kita punya, yang sesuai dengan kompetensinya. Belum lagi bicara wasit. Tapi kalau misalnya dia cukup yakin bisa, ya monggo saja,” ucapnya.
Kesit meski agak ragu tetap berharap banyak Erick Thohir mampu memberikan yang terbaik untuk PSSI.
“Kita harus tetap optimistis. Saya hanya sedikit waswas dengan jabatan rangkap. Apakah nanti dia bisa fokus. Urusan BUMN saja sudah banyak, kini dia harus pula menangani PSSI yang juga punya seabrek persoalan. Komitmen dia nanti seperti apa. Memang mau Pak Erick mundur dari Menteri BUMN?” katanya.
Sebab, dalam sejarahnya, sejumlah ketua umum PSSI yang memiliki jabatan rangkap, baik sebagai pejabat TNI, Polri, politisi belum mampu membawa perubahan yang lebih baik untuk sepak bola Indonesia secara menyeluruh.
“Secara kemampuan kepemimpinan, mayoritas cukup capable. Namun realitasnya kita harus jujur. Artinya, tidak ada yang fokus urus sepak bola, konsentrasinya cenderung pecah,” katanya.
“Saya harap ketika Pak Erick masuk resmi berkantor, dia enggak kaget begitu melihat faktualnya,” Kesit menambahkan.
Dominasi Wajah Lama
Selain ketua umum dan wakilnya, KLB PSSI 2023 juga sudah menetapkan 12 orang yang terpilih sebagai executive committee (Exco). Enam orang di antaranya adalah anggota Exco PSSI periode sebelumnya.
Yakni Endri Erawan, Juni Rachman, Pieter Tanuri, Ahmad Riyadh, Hasnuryadi Sulaiman, dan Vivin Cahyani.
Sementara, Sumardji pernah menjadi manajer timnas Indonesia dan COO Bhayangkara FC.
Adapun Exco PSSI lainnya adalah Eko Setiawan berasal dari Farmel FC dan Muhammad yang pernah menjabat sebagai manajer tim PSMP Mojokerto Putra.
Tiga terakhir adalah Arya Mahendra Sinulingga (staf khusus Menteri BUMN), Khairul Anwar (football legal expert), dan Rudi Yulianto (football security expert).
Menurut Kesit, ada beberapa nama yang memiliki jejak rekam kurang bagus dalam sepak bola Indonesia.
Baca juga:
“Tadinya saya pikir, banyak wajah baru. Sebab begini, hadirnya orang-orang baru setidaknya bisa sedikit memberikan harapan di tengah masyarakat sepakbola Indonesia yang apriori. Kalau ada wajah-wajah baru, orang pasti melihat harapan lebih. Tapi ketika orang lama muncul lagi, nanti yang muncul stigma-stigma lama. Yang ada kemudian, ah dia lagi, orang sudah apriori duluan,” tutur Kesit.
“Tinggal Pak Erick nanti bisa tidak memberikan pengarahan supaya mereka bekerja lebih bagus lagi, kemudian bisa membungkam ketakutan masyarakat yang menyatakan bahwa mereka tidak capable. Memang tugasnya berat, bukan hanya membenahi teknis, tetapi juga membenahi SDM,” tambah Kesit menandaskan.
Dalam cuitannya pada 16 Februari 2023, Erick Thohir mengucapkan terimakasih atas amanah voters dan dukungan pecinta sepak bola.
“Belum ada kemenangan hari ini. Kemenangan adalah ketika tim nasional berprestasi, suporter bisa aman menonton tim kesayangan, kualitas wasit dan pelatih meningkat, dan sepak bola Indonesia bisa bersih dan berprestasi.”
Apakah Erick Thohir memang memiliki nyali untuk melakukan bersih-bersih PSSI dari tangan-tangan kotor seperti pernyataannya ketika mendaftar sebagai Ketua Umum PSSI pada 15 Januari lalu?