Presiden Xi dan Raisi Serukan Pencabutan Sanksi Iran Demi Pemulihan Kesepakatan Nuklir 2015
JAKARTA - Presiden China Xi Jinping dan timpalannya dari Iran Presiden Ebrahim Raisi, menyerukan pencabutan sanksi terhadap Iran pada Hari Kamis, sebagai bagian integral dari perjanjian internasional yang jalan di tempat mengenai program nuklirnya.
Berbicara bersama di hari terakhir kunjungan Presiden Raisi ke China, kedua pemimpin menyerukan implementasi Perjanjian Nuklir Iran 2015, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), di mana Iran setuju dengan beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, untuk mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi.
Pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump menarik Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut, memerintahkan penerapan kembali sanksi Washington terhadap Iran.
Presiden Joe Biden mengatakan pada tahun 2021, Amerika Serikat akan kembali ke kesepakatan jika Iran kembali patuh, tetapi pembicaraan terhenti.
"Semua sanksi yang relevan harus dicabut sepenuhnya dengan cara yang dapat diverifikasi untuk mempromosikan penerapan penuh dan efektif," kata Presiden Xi dan Raisi, melansir Reuters 16 Februari.
China dan Iran menekankan, pencabutan sanksi dan memastikan manfaat ekonomi Iran merupakan komponen penting dari perjanjian tersebut, kata mereka.
Pada Hari Selasa, Presiden Xi mengatakan kepada Presiden Raisi, China akan "berpartisipasi secara konstruktif" dalam pembicaraan, untuk melanjutkan negosiasi guna mengimplementasikan perjanjian tersebut, sambil menyatakan dukungannya untuk Iran dalam melindungi hak dan kepentingannya.
"China dengan tegas menentang campur tangan kekuatan eksternal dalam urusan dalam negeri Iran dan merusak keamanan dan stabilitas Iran," tegas para pemimpin dalam pernyataan itu.
Kedua pemimpin juga menyusun beberapa inisiatif, termasuk mempromosikan e-commerce dan pertanian.
Pertunjukan kerja sama itu kontras dengan kemarahan Iran pada Desember tahun lalu, atas pernyataan yang dikeluarkan China dan negara-negara Teluk selama kunjungan Presiden Xi ke Arab Saudi.
Baca juga:
- Siap Berjuang Bersama Rusia Jika Negaranya Diinvasi, Presiden Belarusia: Pembalasannya akan Mengerikan
- Enggan Buat Video Penyesalan dan Mendapat Surat Perintah Penangkapan, Pecatur Iran yang Lepas Hijab Tidak Menyesal
- Laporan PBB Nilai Seif al-Adel Secara De Facto Pemimpin Baru Al Qaeda, Buronan FBI yang Dihargai Rp151 Miliar
- Jet Tempur F-16 AS Cegat Sukhoi Su-30 dan Pengebom Strategis Tu-95SM Rusia di Dekat Alaska
Ketika itu, Dewan Kerjasama China-Teluk meminta Iran untuk bekerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan resolusi damai, untuk masalah tiga pulau yang dikuasai oleh Iran tetapi diklaim oleh Uni Emirat Arab.
Buntutnya, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil Duta Besar China untuk Teheran, sebagai tanggapan dan menyatakan ketidakpuasan atas pernyataan tersebut.
Diketahui, Presiden Xi juga menerima undangan dari Presiden Raisi untuk mengunjungi Iran dan akan melakukannya sesuai keinginannya. Presiden Xi terakhir mengunjungi Iran pada 2016 sebagai bagian dari tur ke Timur Tengah.