Soal Perundingan Nuklir, Presiden Iran: Kami Tidak Pernah Memiliki Harapan di Wina dan New York
Presiden Iran Ebrahim Raisi. (Wikimedia Commons/Tasnim News Agency/Mohammad Hossein Taaghi)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan pada Hari Jumat, Teheran 'tidak pernah' berharap pada pembicaraan yang sedang berlangsung di Wina, Austria yang bertujuan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir negara itu tahun 2015 dengan kekuatan dunia.

Iran dan Amerika Serikat melanjutkan pembicaraan tidak langsung di ibu kota Austria pada Hari Selasa setelah istirahat 10 hari, tetapi para utusan tidak banyak memberi tahu apakah mereka lebih dekat untuk menyelesaikan berbagai masalah pelik.

"Kami menaruh harapan kami di timur, barat, utara, selatan negara kami dan tidak pernah memiliki harapan di Wina dan New York," tegas Raisi dalam pidato yang disiarkan televisi untuk memperingati ulang tahun ke-43 Revolusi Islam Iran, seperti mengutip Reuters 11 Februari.

Presiden Raisi, yang pemilihannya Juni lalu menyebabkan jeda lima bulan dalam pembicaraan, mengatakan Iran akan mengandalkan potensi ekonomi domestiknya daripada mengharapkan dukungan dari luar negeri, serta pembicaraan nuklir dengan kekuatan dunia.

Terpisah, Pemerintahan Presiden Amerika Serikt Joe Biden secara terbuka menekan Iran pada Hari Rabu, untuk menghidupkan kembali perjanjian dengan cepat, dengan mengatakan tidak mungkin untuk kembali ke kesepakatan 2015, jika kesepakatan tidak tercapai dalam beberapa minggu.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan pada Hari Kamis, masih ada jalan panjang sebelum kesepakatan itu dapat dihidupkan kembali.

"Kebijakan luar negeri kita seimbang. Melihat ke Barat telah membuat hubungan negara tidak seimbang, kita perlu melihat semua negara dan kapasitas di dunia, terutama tetangga kita," tukas Presiden Raisi.

Untuk diketahui, ini tahun kedua berturut-turut, warga Iran menandai peringatan revolusi dengan mengarak kendaraan di jalan-jalan daripada berbaris dengan berjalan kaki, sesuai dengan peraturan yang bertujuan membatasi penularan COVID-19.

Televisi pemerintah menayangkan cuplikan langsung mobil dan sepeda motor yang bergerak melalui jalan-jalan di puluhan kota besar dan kecil, di mana sebelum pandemi, puluhan ribu orang akan berbaris untuk acara tahunan tersebut.

Pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir, yang dirancang untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir, menerapkan kembali sanksi dalam upaya untuk memaksa Teheran ke dalam pembicaraan mengenai kesepakatan yang lebih luas, yang juga akan membahas program rudal balistik dan dukungan untuk proksi di Timur Tengah. 

Iran menanggapinya dengan melanggar banyak pembatasan kesepakatan dan mendorong jauh melampaui mereka, memperkaya uranium untuk mendekati tingkat bom nuklir dan menggunakan sentrifugal canggih untuk melakukannya, yang telah membantu mengasah keterampilannya dalam mengoperasikan mesin tersebut.

Awal pekan ini, Kementerian Luar Negeri Iran mengatakan pada Amerika Serikat harus membuat 'keputusan politik' mengenai pencabutan sanksi, karena permintaan Teheran untuk penghapusan penuh mereka untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015 tidak dapat dinegosiasikan.