Laporan PBB Nilai Seif al-Adel Secara De Facto Pemimpin Baru Al Qaeda, Buronan FBI yang Dihargai Rp151 Miliar
JAKARTA - Seif al-Adel, mantan perwira pasukan khusus Mesir dan anggota tinggi al Qaeda, secara de facto menjadi pemimpin kelompok itu menurut laporan terbaru Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Pria kelahiran Mesir 11 April tahun 1960 ini masuk daftar buronan FBI, dengan hadiah 10 juta dolar AS (Rp151.760.000.000) untuk informasi yang dapat membantu penangkapannya.
Al Qaeda belum secara resmi menunjuk pengganti Ayman al-Zawahiri, yang diyakini telah tewas dalam serangan rudal AS di Kabul tahun lalu, memberikan pukulan bagi organisasi tersebut sejak pendirinya Osama bin Laden terbunuh pada tahun 2011.
Meskipun seorang pejabat intelijen AS mengatakan pada Bulan Januari, bahwa suksesi Zawahiri masih belum jelas, laporan PBB menilai risiko dari kelompok mengatakan: "Dalam diskusi pada Bulan November dan Desember, banyak negara anggota mengambil pandangan bahwa Seif al-Adel sudah beroperasi secara de facto dan pemimpin kelompok yang tidak terbantahkan."
Kematian Zawahiri menambah tekanan pada kelompok itu untuk memilih seorang pemimpin strategis, yang dapat dengan hati-hati merencanakan operasi mematikan dan menjalankan jaringan jihad, kata para pakar al Qaeda.
Tidak seperti pendahulunya yang mempertahankan profil tinggi dengan siaran video berapi-api di seluruh dunia yang mengancam Amerika Serikat, para ahli mengatakan Adel merencanakan serangan dari bayang-bayang, saat dia membantu mengubah al Qaeda menjadi kelompok militan paling mematikan di dunia.
Adel didakwa pada November 1998 oleh dewan juri federal AS, atas perannya dalam serangan bom di Kedutaan Besar AS di Tanzania dan Kenya yang menewaskan 224 warga sipil, melukai lebih dari 5.000 orang.
Di luar operasi di Afrika, kamp pelatihannya, dan kaitannya dengan pembunuhan jurnalis AS Daniel Pearl di Pakistan pada tahun 2002, menurut penyelidik AS, hanya sedikit yang diketahui tentang Adel.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Adel berbasis di Iran. Program Hadiah untuk Keadilan departemen juga menawarkan hingga 10 juta dolar AS untuk informasi tentang Adel, yang katanya adalah anggota "dewan kepemimpinan al Qaeda" dan mengepalai komite militer organisasi tersebut.
Situs web program tersebut mengatakan. setelah pemboman Afrika, mantan letnan kolonel tentara Mesir itu pindah ke Iran tenggara, tempat dia tinggal di bawah perlindungan Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) negara itu.
Dia dan para pemimpin Al Qaeda lainnya ditempatkan di bawah tahanan rumah pada April 2003 oleh Iran, yang kemudian membebaskan dia dan empat orang lainnya sebagai ganti seorang diplomat Iran yang diculik di Yaman.
Dalam sebuah pesan yang diunggah di Twitter pada Hari Rabu, misi Iran untuk PBB membantah Adel berada di Iran.
"Perlu dicatat bahwa alamat yang disebut pemimpin Al-Qaeda yang baru diangkat itu salah. Informasi yang salah ini berpotensi menghambat upaya untuk memerangi terorisme," katanya, melansir Reuters 16 Februari.
Ali Soufan, mantan agen khusus FBI yang melacak operasi al Qaeda, menulis dalam sebuah profil yang dibawa oleh Pusat Pemberantasan Terorisme, Adel sosok cerdas dengan wajah poker.
"Namun, emosinya juga menjadi terkenal. Memiliki 'lidah pedas', dia cenderung mengancam kekerasan terhadap siapa pun yang tidak menyenangkannya, dan dikenal menghadapi ketidaksetiaan dengan kekuatan yang cepat dan kejam," tulis Soufan.
"Terhadap bawahan dia bisa menghina, bahkan brutal, di saat panas. Tapi dia juga dikenal sebagai sumber nasihat yang tidak menyenangkan. Di masa-masa yang lebih bahagia, dia menunjukkan bakat sepak bola dan kegemaran untuk lelucon praktis," paparnya.
Pernah menjadi kepala pengawal Osama bin Laden dan seorang pelatih senior militan, para ahli gerakan jihadi mengatakan Adel memulai karir panjangnya yang berdarah pada tahun 1981, ketika ia dicurigai terlibat dalam pembunuhan Presiden Mesir Anwar al-Sadat selama militer parade di Kairo yang disiarkan di televisi.
Adel mendapatkan lebih banyak kredensial setelah dia bergabung dengan militan Arab lainnya melawan pasukan pendudukan Soviet di Afghanistan, di mana dia akhirnya memimpin sebuah kamp pelatihan sebelum menjadi tokoh senior di al Qaeda.
"Latar belakang militer profesional Seif al-Adel dan pengalaman berharga sebagai kepala komite militer al Qeada sebelum 9/11, berarti dia memiliki kepercayaan yang kuat untuk mengambil alih kepemimpinan al Qaeda secara keseluruhan," terang Elisabeth Kendall, pakar jihad di Universitas Oxford.
Dia mengambil alih al Qaeda yang telah menjadi sangat terdesentralisasi sejak kelompok itu melakukan operasi paling spektakulernya, 11 September 2001, serangan pesawat terhadap Amerika Serikat yang menewaskan hampir 3.000 orang.
Adel, salah satu dari sedikit penjaga lama al Qaeda yang tersisa, telah dekat dengan komando pusat selama beberapa dekade, kata para ahli. Dia akan ditugaskan untuk memberikan panduan strategis bagi jaringan yang tersebar luas di Timur Tengah, Afrika dan Asia yang menjalankan urusan sehari-hari mereka sendiri.
Beberapa orang mempertanyakan apakah Adel dapat menjadi pemimpin organisasi yang efektif, setelah menghabiskan sebagian besar karirnya sebagai operator dan pelatih di kamp-kamp militan.
"Banyak orang dalam berpendapat bahwa dia memiliki peran operasional yang penting di masa lalu, tetapi dia tidak diperlengkapi untuk kepemimpinan," kata Jerome Drevon, analis senior Jihad dan Konflik Modern di International Crisis Group.
"Keahliannya lebih cocok untuk organisasi operasi bersenjata, daripada administrasi jaringan afiliasi yang luas," sambungnya.
Salah satu pemimpin militer terkemuka al Qaeda dan sering disebut oleh para ahli sebagai pejabat ketiganya, Adel mendirikan kamp pelatihan untuk organisasi tersebut di Sudan, Pakistan, dan Afghanistan pada 1990-an.
Baca juga:
- Jet Tempur F-16 AS Cegat Sukhoi Su-30 dan Pengebom Strategis Tu-95SM Rusia di Dekat Alaska
- Dewan Keamanan PBB Pertimbangkan Rancangan Resolusi yang Meminta Israel Hentikan Pembangunan Permukiman
- Ada 6.200 Hoaks Seputar Gempa Turki, Polisi Tangkap 78 Orang Karena Unggahan Provokatif di Media Sosial
- Menhan Inggris: Kami Melatih Tentara Ukraina Bertempur dengan Cara Barat dan Gunakan Sedikit Amunisi
Dia juga berperan dalam penyergapan helikopter AS di Mogadishu, yang dikenal sebagai insiden "Black Hawk Down" pada tahun 1993 yang menewaskan 18 prajurit AS, kata pakar keamanan. Itu menandai awal dari penarikan pasukan perdamaian PBB dari Somalia.
Diketahui, FBI mengidentifikasi Adel sebagai salah satu teroris yang paling dicari dan menuduhnya bersekongkol untuk membunuh warga negara AS, membunuh dan menghancurkan bangunan.
"Dia (Adel) adalah sosok yang sangat berani, profesional, berdarah dingin," kata Yoram Schweitzer, kepala Program Terorisme dan Konflik Intensitas Rendah di Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv.