Militer Ukraina Sukses Tahan Pasukan Rusia di Bakhmut, Presiden Zelensky: Terima Kasih Mencegah Penjajah Melakukan Pengepungan
JAKARTA - Kota Bakhmut di Ukraina timur menghadapi tembakan artileri berat Rusia, gelombang serangan besar baru Moskow, beberapa hari sebelum peringatan setahun invasi, dengan militer Ukraina mengklaim berhasil menahan serangan yang dilakukan.
Pasukan Ukraina, yang telah bertahan selama berbulan-bulan, bersiap untuk serangan darat baru, kata pejabat militer Ukraina pada Hari Senin.
Posisi di Bakhmut telah dibentengi dan hanya orang-orang dengan peran militer yang diizinkan masuk, sementara setiap warga sipil yang masih ingin meninggalkan kota harus berani menghadapi tembakan yang datang, ujar seorang wakil komandan batalion.
Bakhmut adalah tujuan utama Presiden Rusia Vladimir Putin. Penguasaannya akan memberi Rusia pijakan baru di wilayah Donetsk dan kemenangan langka, setelah berbulan-bulan mengalami kemunduran.
Wilayah Donetsk dan Luhansk membentuk Donbas, jantung industri Ukraina, yang sekarang sebagian ditempati oleh Rusia yang menginginkan kendali penuh.
"Kami melihat bagaimana mereka mengirim lebih banyak pasukan, lebih banyak senjata, lebih banyak kemampuan," kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg kepada wartawan di Brussels, mengatakan itu adalah awal dari serangan baru, melansir Reuters 14 Februari.
Militer Ukraina melaporkan penembakan Rusia di sepanjang garis depan dan mengatakan 16 permukiman telah dibombardir di dekat Bakhmut. Dikatakan bahwa selama beberapa hari terakhir, pasukannya telah memukul mundur serangan di dekat Bakhmut serta serangan di wilayah Kharkiv, Luhansk, dan Zaporizhzhia.
"Terima kasih kepada setiap prajurit kami yang mencegah penjajah mengepung Bakhmut... dan yang memegang posisi kunci kami di garis depan," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato malamnya.
Serangan Rusia di Bakhmut dipelopori oleh tentara bayaran dari kelompok Wagner, yang memperoleh keunggulan yang relatif kecil. Pengeboman terbaru Rusia membuat situasi di sana semakin parah.
"Kota, pinggiran kota, seluruh perimeter, dan pada dasarnya seluruh arah Bakhmut dan Kostyantynivka berada di bawah penembakan gila dan kacau," ungkap Volodymyr Nazarenko, wakil komandan Batalion Svoboda Ukraina.
Baca juga:
- Diterjang Topan Gabrielle, Selandia Baru Umumkan Keadaan Darurat Nasional
- Militer AS Klaim Temukan Sensor Kunci Balon Mata-mata China yang Dijatuhkan Jet Tempur
- Presiden Suriah Bashar al-Assad Setujui Pembukaan Dua Penyeberangan Perbatasan untuk Akses Bantuan Gempa Turki
- Polisi Turki Identifikasi Ratusan Akun Disinformasi Mengenai Gempa hingga Web Pengumpulan Bantuan Ilegal, 14 Orang Ditahan
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah bergerak maju beberapa kilometer di sepanjang garis depan, tanpa menyebutkan di mana.
Terpisah, kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada Hari Senin, pihaknya telah mencatat 7.199 kematian warga sipil dan 11.756 terluka sejak invasi Rusia pada 24 Februari, sebagian besar dari penembakan dan serangan rudal dan udara. Namun, diyakini angka sebenarnya jauh lebih tinggi.
Diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, dalam apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" untuk "denazifikasi" negara dan melindungi penutur bahasa Rusia. Sedangkan para pemimpin Barat mengatakan itu tidak lebih dari perampasan tanah.