Review Film Pesugihan: Bersekutu dengan Iblis, Harga Mahal untuk Pencari Kekayaan dengan Jalan Instan
JAKARTA - Pesugihan masih sangat akrab dengan pandangan sebagian masyarakat Indonesia sehingga tema ini masih relevan diangkat meski di era digital saat ini. Bukan sesuatu yang baru memang, tapi tema ini bisa menjadi pelajaran baik tentang keburukan "jalan instan" menjadi kaya.
Pesugihan: Bersekutu dengan Iblis besutan sutradara kawakan Hanny Saputra di bawah produksi Virgo Putra Films. Film ini berkisah tentang sebuah keluarga kecil, yakni sepasang suami-istri dengan dua putrinya yang usianya tak terpaut jauh. Hendri (diperankan oleh Gary Iskak) adalah seorang pebisnis sukses yang menangani banyak proyek-proyek besar dan hidup sebagai seorang yang kaya raya dari usahanya itu.
Istri Hendri, Marini (diperankan oleh Nirina Zubir), juga tidak hanya sebagai ibu rumah tangga dalam keluarga itu, namun ia juga menggeluti bisnis yang sama dengan suaminya.
Satu dua kali, Marini bahkan punya andil untuk menentukan kebijakan bisnis suaminya. Dua anak mereka, Resika (dimainkan oleh Isel Fricella) dan Karin (Nicole Parham) adalah kakak-beradik yang sangat hangat dalam keseharian, tidak hanya di rumah namun juga di sekolah, lantaran kebetulan mereka pelajar SMA di sekolah yang sama.
Kehidupan keluarga kecil ini bisa dikatakan amat bahagia dengan limpahan harta tak terkira. Rumah tinggal keluarga ini digambarkan sangat besar dan memiliki privasi yang jauh dari kepadatan penduduk. Keluarga Hendri hidup tenang dengan ikatan keluarga yang terbangun harmonis sejak lama.
Tetapi keharmonisan itu perlahan terusik, bermula ketika Hendri dan Marini mendengar kabar bahwa beberapa kolega mereka menghilang secara misterius satu demi satu. Hendri dan Marini patut merasa cemas karena banyak dari orang yang hilang itu adalah rekan bisnis mereka.
Bersamaan dengan itu, anak mereka Karin mulai sering menunjukkan perilaku aneh di sekolah. Ia tak jarang mendapati visualisasi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Di sini, penonton akan mulai merasa familiar dengan kisah-kisah menyeramkan di sekolah: munculnya sosok-sosok misteri di dalam kelas, pengalaman menyeramkan di kamar mandi, dan bisikan-bisikan gaib.
Misteri yang menyelimuti Karin rupanya berlanjut di rumah. Ia pernah mendapati mimpi buruk, mati karena tertusuk keris, sebelum terbangun pada pukul dua pagi, dan diganggu sejumlah makhluk gaib. Karin menganggap semua gangguan itu nyata meski sang kakak, Resika, menganggap adiknya hanya berhalusinasi.
Berbeda dengan Karin, Resika memang tidak pernah mengalami pengalaman menakutkan seperti yang dialami adiknya. Hal inilah yang menjadi salah satu simpul cerita selanjutnya soal mengapa makhluk-makhluk gaib selalu mengincar Karin dan bukan Resika.
Di sekolah, Resika berupaya meminta bantuan temannya, Jefta (diperankan Naufal Azhar), yang dikenal pendiam dan sering menyendiri. Teman-teman sekolahnya beranggapan Jefta memiliki kemampuan khusus berkaitan dengan dunia astral. Lewat sosok Jefta ini lah mulai perlahan terungkap apa yang selama ini menghantui Karin.
Apa yang menimpa Karin akhirnya membuat ia tumbang dan harus beristirahat di rumah. Di rumah, arah cerita "siapa jahat, siapa baik" mulai terbangun ketika satu demi satu sosok yang mengabdi di keluarga Hendri muncul dengan karakter masing-masing. Ada sang sopir Tono yang kerap menghilang, asisten rumah tangga Siti yang memiliki ekspresi sukar ditebak, dan perawat kebun Adi yang berbicara seperlunya. Mereka jelas menyadari ada hal tak beres tengah menimpa majikan mereka.
Dikutip dari ANTARA, konflik berkembang perihal apakah Karin sebaiknya dibawa ke rumah sakit atau ke "orang pintar". Marini dan Resika yakin bahwa Karin diganggu makhluk halus, sementara Hendri bersikeras bahwa anak bungsunya hanya menderita sakit biasa.
Tak puas dengan keputusan membawa Karin ke rumah sakit, Resika mengajak pacarnya, Dion (diperankan Randy Martin), dan Jefta untuk mendatangi dukun. Jelas, sang dukun beranggapan bahwa ada makhluk halus yang bertugas mengganggu dan menggerogoti Karin. Ia pun membekali Resika dengan sejumlah mantra-mantra yang harus diucapkan untuk Karin.
Tetapi mantra tinggal lah mantra. Jampi Resika tak ampuh mengusir roh jahat yang membayangi adiknya. Sebaliknya, Karin malah melawan setiap kali ada orang-orang yang ingin "membersihkannya".
Belakangan, tidak hanya Karin yang mendapatkan gangguan tetapi juga ibunya, Marini. Ia tahu gangguan yang selama ini menghantui keluarganya memiliki hubungan dengan sebuah keris yang disimpan di dalam lemari antik peninggalan keluarga. Marini juga yakin bahwa suaminya Hendri seharusnya mengerti bagaimana mengakhiri teror tersebut.
Hendri pun segera bergerak menyelamatkan keluarganya. Pada titik ini, jalan cerita mulai terasa jelas dan bermuara ke siapa orang yang berada di balik pekatnya misteri di dalam keluarga Hendri. Beberapa kali ia berupaya membatalkan perjanjian gelapnya dengan iblis, namun sebanyak itu lah ia selalu gagal.
Tidak ada kata negosiasi soal persekutuan dan tumbal yang bersifat absolut. Akhirnya, film berdurasi 83 menit ini berakhir tragis dan meninggalkan pesan universal tentang betapa murahnya harga beberapa nyawa hanya demi mengejar gemerlapnya dunia.
"Pesugihan: Bersekutu dengan Iblis" memang bukan lakon horor yang bertujuan membuat penonton kaget ketakutan, mengernyitkan alis dan dahi karena alur cerita, atau menghadirkan tafsir cerita yang terlalu jauh. Horor yang tersaji di sepanjang cerita film ini cenderung light (ringan) walau tetap ada beberapa adegan gore di dalamnya.
Bahkan, beberapa adegan dalam film ini yang seharusnya menakutkan justru mengundang decak geli, misalnya momentum doppelganger yang dialami Hendri saat rapat atau momentum tersingkapnya sosok perawat kebun Adi.
Lebih jauh, "Pesugihan: Bersekutu dengan Iblis" adalah drama keluarga yang membentangkan pesan sederhana nan kuat soal pentingnya ikatan keluarga melebihi godaan duniawi. "Manusia memang gila, lupa dengan yang lebih berharga," adalah makna yang jelas tersirat menuju akhir skenario film ini.
Beberapa twist yang muncul di film ini juga menarik untuk disimak seperti hubungan Resika dan keluarganya, misi keris misterius yang selalu mengenali siapa yang hendak dituju, serta Jefta dengan mainan yoyonya.
Sepanjang film, Gary Iskak yang memerankan sosok Hendri dan kembalinya Nirina Zuibir ke skena horor sebagai Marini memberikan kesan nostalgia tersendiri saat keduanya beradu akting. Nirina Zubir terakhir bermain film horor dalam "Mirror" yang dirilis 2005 silam.
Baca juga:
Sementara itu, apresiasi patut dilambungkan untuk upaya aktris muda Nicole Parham kala memerankan Karin yang mesti "nyinden" atau menyenandungkan lagu Jawa. Bukan perkara mudah untuk menjaga mood penuh amarah dengan menyemburkan line dengan dialek bahasa daerah tertentu. Apalagi Nicole melakukannya beberapa kali saat berada di dalam kelas dan di kamar rumah.
Meski begitu, sisi emosional Nicole ketika mengamuk dan berdialog bahasa Jawa mungkin akan terasa lebih menegangkan sekaligus mudah dipahami bila ada bantuan subtitle berbahasa Indonesia.
Bagaimanapun, aktris yang juga bermain di film "Bisikan Iblis" itu tergolong total memerankan adegan kesurupan misalnya berteriak-teriak histeris dan hal itu terjadi nyaris di sepanjang film--setidaknya sejak ia mulai kerasukan hingga akhir cerita.
Skenario film Pesugihan: Bersekutu dengan Iblis ditulis oleh Salman Fariz dan Oka Aurora. Film yang mulai tayang pada 23 Februari 2023 ini tentunya bisa menjadi pilihan tontonan mengasyikkan bersama keluarga karena adegan dan ceritanya memang bisa dinikmati anak-anak usia belasan tahun.