Laba Sido Muncul Turun 12,39 Persen di 2022 Imbas Inflasi dan Normalisasi Permintaan

JAKARTA - PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul tbk (SIDO) mencatat penurunan kinerja pada 2022. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

SIDO melaporkan penurunan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 12,39 persen menjadi Rp1,1 triliun di 2022. Sementara itu pada 2021, Perseroan mencatat laba sebesar Rp1,26 triliun.

Hal ini sejalan dengan penjualan yang mengalami penurunan 3,87 persen di 2022 menjadi Rp3,87 triliun. Besaran tersebut dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp4,02 triliun.

Bila dirinci, penjualan jamu herbal dan suplemen turun 2,24 persen. Sementara itu, penjualan makanan dan minuman turun 8,49 persen.

Hanya penjualan farmasi yang alami kenaikan 0,43 persen. Namun, hal kenaikan ini tidak signifikan berdampak pada penjualan keseluruhan.

Direktur SIDO, Leonard mengatakan, penurunan tersebut dikarenakan adanya normalisasi permintaan dari basis tinggi pada tahun lalu karena penyebaran varian delta.

"(Selain itu), inflasi tinggi yang mempengaruhi daya beli pelanggan tahun ini dan kenaikan harga bahan baku," ujar manajemen mengutip keterbukaan informasi, Jumat, 10 Februari.

Bila melihat posisi keuangan, SIDO mencatat total aset 2022 naik tipis 0,31 persen menjadi Rp4,08 triliun. Di mana sebelumnya berada di posisi Rp4,07 triliun pada 2021.

Sementara itu, total liabilitas mengalami penurunan dari Rp597,76 miliar pada 2021 menjadi Rp575,97 miliar pada 2022. Sedangkan ekuitas mengalami kenaikan dari Rp3,47 triliun menjadi Rp3,51 triliun di 2022.

Pada lintasan pertumbuhan jangka panjang, SIDO masih membukukan pertumbuhan CAGR pada laba bersih sebesar dua digit selama 4 tahun terakhir. SIDO tetap menjaga posisi keuangan yang sehat dengan posisi kas bersih dan raio pembayaran dividen yang tinggi di atas 90 persen.

"Ini menunjukan betapa sehatnya kinerja bisnis Perseroan," ujarnya.