Masuk Tahun Politik, Bagaimana Prospek Industri Makanan dan Minuman?
JAKARTA - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey memprediksi industri makanan dan minuman atau food and beverage (F&B) di tahun ini akan semakin menggeliat. Bahkan akan memberikan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi 2023.
Faktor pendorongnya, sambung Roy, karena tahun ini sudah masuk tahun politik. Dimana, makanan dan minuman maupun sembako akan kerap digunakan sebagai alat politik.
Bahkan, Roy memperkirakan kontribusi makanan dan minuman pada sektor konsumsi di tahun ini akan naik hingga 40 persen.
“Kalau tahun lalu sekitar 37-38 persen, tahun ini saya perkirakan bisa 40 persen. Karena apa? ada tahun politik. Namanya partai, kita lihat pemilu 2019 lah. mereka akan melayani konstituennya dengan memberi sembako, mamin,” katanya kepada wartawan, ditulis Kamis, 9 Februari.
Lebih lanjut, Roy menyakini pertumbuhan industri makanan dan minuman akan semakin cemerlang hingga tahun 2024 mendang. Dimana pada tahun tersebut merupakan puncak pemilihan umum (Pemilu).
Baca juga:
“Konsum rumah tangga tahun lalu 51,6 persen, jadi 37,4 persen dari mamin, dan bisa naik 40 persen tahun ini,” ucapnya.
Sekadar informasi, sektor makanan dan minuman memang memiliki kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti pada 2022, konsumsi rumah tangga pada Indeks Penjualan Riil (IPR) tercatat 51,6 persen, dimana sepertiganya disumbang oleh sektor makanan dan minuman.
“Kontribusi Rumah Tangga itu 51,6 persen. Hampir 37,8 persen adalah dari F&B,” ucapnya.