Soal Inflasi yang Turun, BI: Hasil dari Koordinasi Kebijakan Pengendalian

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyambut positif bukuan inflasi Januari 2023 yang terus melandai dibandingkan dengan akhir 2022 yang lalu. Diketahui bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di level 5,28 persen year on year (yoy) dan 0,34 persen year to date (ytd).

Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan torehan awal tahun ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dengan 5,51 yoy dan 0,66 persen ytd.

“Realisasi inflasi secara bulanan terutama didorong oleh penurunan inflasi kelompok volatile food dan administered prices,” ujarnya dalam pernyataan tertulis dikutip Kamis, 2 Februari.

Menurut Erwin, perkembangan inflasi yang semakin melandai merupakan hasil kerja bersama antara berbagai unsur terkait.

“Ini tidak terlepas dari pengaruh koordinasi kebijakan pengendalian inflasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan mitra strategis lainnya melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) serta Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah,” tutur dia.

Sementara dari sisi inflasi inti yang menjadi concern besar BI, tercatat berada di angka 0,33 persen mtm atau lebih tinggi dari Desember 2022 yang sebesar 0,22 persen mtm.

“Peningkatan inflasi inti sejalan dengan pola musiman awal tahun, terutama terjadi di inflasi komoditas sewa rumah dan kontrak rumah,” imbuhnya.

Adapun secara tahunan, inflasi inti Januari 2023 tercatat sebesar 3,27 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,36 persen yoy.

“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi inti tetap berada dalam kisaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester I 2023 dan inflasi IHK kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester II 2023,” tegas dia.

Secara terperinci, inflasi kelompok volatile foods Januari 2023 menurun jadi 1,40 persen mtm, lebih sedikit dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang sebesar 2,24 persen mtm. Sementara secara tahunan adalah sebesar 5,71 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 5,61 persen yoy.

“Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh deflasi pada komoditas telur ayam ras dan tomat. Sementara itu, inflasi komoditas beras, aneka cabai, dan ikan segar tercatat meningkat sejalan kenaikan permintaan di awal tahun dan penurunan pasokan akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif,” jelasnya.

Lalu, kelompok administered prices mencatat deflasi dari 0,73 persen mtm menjadi 0,55 persen mtm dan secara tahunan dari 13,34 yoy persen jadi 12,28 persen yoy.

“Hal ini dipengaruhi deflasi angkutan udara dan bahan bakar minyak jenis bensin seiring dengan normalisasi harga setelah natal dan tahun baru dan penurunan tarif fuel surcharge yang dikenakan maskapai, serta penurunan harga bensin nonsubsidi pada awal Januari 2023,” kata dia.

“Bank Indonesia akan terus memperkuat respons kebijakan moneter, serta terus berkoordinasi dengan pemerintah guna memastikan penurunan dan terkendalinya inflasi tersebut,” tutup Erwin.