Akun Twitter Robinhood Diretas, Pelaku Promosikan Token Scam

JAKARTA - Platform perdagangan saham Robinhood, yang terkenal dengan pendekatannya yang ramah pengguna terhadap saham, menjadi korban penipuan kripto baru-baru ini.

Belum lama ini, seorang pelaku kejahatan yang tidak dikenal berhasil menguasai akun Twitter resmi Robinhood dan menggunakannya untuk mempublikasikan tweet yang sekarang sudah dihapus, mengiklankan $RBH, token Robinhood yang konon baru dicetak.

Namun, perusahaan ini tidak memiliki mata uang kripto asli dan tidak pernah mencetak token itu sendiri. Sebaliknya, investor dapat memilih platform ini dengan membeli saham HOOD yang terdaftar di NASDAQ.

Ini menandakan bahwa meskipun Robinhood dikenal sebagai platform yang memungkinkan investor untuk membeli kripto, sebenarnya platform ini juga merupakan platform perdagangan saham.

Para pelaku kejahatan menggunakan media sosial terverifikasi Robinhood untuk mempromosikan penipuan kripto yang mengiklankan token palsu. Menurut alat penelitian keamanan blockchain, token yang ditawarkan adalah honeypot yang berarti setelah dibeli, pemilik baru tidak akan lagi dapat menjual atau mentransfer ke dompet lain.

Umumnya, jenis serangan ini dilakukan oleh aktor jahat dengan menyamar sebagai orang atau platform terkenal, sehingga lebih mudah dideteksi. Namun, karena penipuan ini dipromosikan di media sosial terverifikasi Robinhood, lebih banyak orang yang jatuh ke dalam umpan tersebut.

Token tersebut dilaporkan dicetak di jaringan BSC. Token honeypot RBH itu tidak dapat dijual atau ditransfer ke dompet lain setelah dibeli. Tim keamanan Binance segera menutup dompet yang bertanggung jawab atas kerusakan tersebut. Dalam tweet terbarunya, CEO Binance, Changpeng Zhao, memperingatkan komunitas kripto untuk tetap berhati-hati dan menggunakan penilaian yang lebih baik saat membeli token, meskipun tampaknya sah.

Hal ini juga mengingatkan pentingnya berhati-hati dalam berinvestasi dan selalu melakukan riset sebelum menaruh uang dalam sebuah proyek atau token. Untuk itu, pengguna harus mampu mengantisipasi akun palsu yang mengklaim menjual token atau mata uang kripto yang tidak dikenal dan selalu melakukan riset terlebih dahulu sebelum melakukan investasi.