Review Autobiography, Film Gelap untuk Renungan Ponontonnya
JAKARTA - Film Autobiography menjadi salah satu film yang paling dinanti minggu ini. Gelap namun sarat makna, itulah yang cukup dapat menggambarkan adegan demi adegan dalam film suspense thriller arahan sutradara Makbul Mubarak berjudul Autobiography.
Dalam debut film panjangnya itu, Makbul tak hanya menyuguhkan cerita yang menarik dan menegangkan, namun juga pesan-pesan tersirat yang dapat menjadi renungan bagi siapa pun yang menontonnya.
Autobiography menceritakan kisah seorang pemuda bernama Rakib (Kevin Ardilova) yang bekerja sebagai pengurus rumah tangga tunggal di sebuah rumah kosong milik Purna (Arswendy Bening Swara), pensiunan jenderal yang keluarganya telah mengabdi selama berabad-abad di sebuah pedesaan di Indonesia. Sementara ayah kandung Rakib yang diperankan Rukman Rosadi, diceritakan ditahan di penjara.
Suatu hari, Purna kembali ke rumah tersebut sendirian untuk memulai kampanye pemilihan bupati. Seketika, Rakib menjadi sangat terikat dengan lelaki itu.
Tak hanya menjadi pengurus rumah tangga, Rakib juga menjalani peran sebagai asisten Purna dan menemani Purna ke mana pun dia pergi. Bahkan, kedekatan Rakib dan Purna kerap terlihat bak ayah dan anak, terlebih Purna sering mengajari Rakib banyak hal mulai dari bermain catur hingga menembak burung.
Pada satu waktu, poster pemilihan Purna ditemukan rusak. Melihat itu, Rakib bergegas untuk melacak pelakunya. Sayangnya, upayanya itu ternyata memicu rantai kekerasan yang terus meningkat.
Diproduksi oleh KawanKawan Media, Autobiography telah mendapatkan banyak penghargaan baik dari festival nasional maupun internasional. Di kancah nasional, film tersebut meraih penghargaan tertinggi Golden Hanoman Award di Jogja-Netpac Asian Film Festival 2022.
Sedangkan di kancah internasional, Autobiography mendapatkan beberapa penghargaan di antaranya The International Critics Prize for Best Film in Orizzonti from the International Federation of Film Critics (FIPRESCI) Venice Film Festival 2022, Grand Prize Winner-TOKYO FILMeX International Film Festival 2022, Best Screenplay-Asia Pacific Screen Awards 2022, Taipei Golden Horse Film Festival 2022, Stockholm International Film Festival 2022, dan masih banyak lagi.
Cerita yang berani
Dikutip dari ANTARA, Autobiography memiliki cerita yang sangat berani. Dalam film tersebut, Rakib merupakan asisten yang selalu melayani Purna dengan baik. Ia selalu patuh dan tidak berani melawan apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh Purna, bahkan di saat ia merasa ada yang tidak beres.
Melalui Purna dan Rakib, Makbul tampaknya berusaha menggambarkan sebuah paham besar yang mengatur kehidupan masyarakat pada sebuah rezim, namun dalam kemasan yang lebih ringan.
Hubungan antara majikan dan pengurus rumah tangga dipilih Makbul agar ceritanya lebih dekat dengan penonton dari berbagai kalangan, sehingga pesan yang ingin ia sampaikan dapat dicerna dengan baik.
Bagi Makbul, Autobiography merupakan film yang sangat personal. Ia mengaku bahwa film tersebut berawal dari ketakutan-ketakutan yang ia rasakan semasa kecil.
"Ini adalah soal paham yang menjadi landasan dari sebuah instansi dan bagaimana itu mempengaruhi sejarah besar di Indonesia, dan di rezim itu saya lahir. Jadi film ini sangat personal buat saya. Film ini terinspirasi dari pengalaman-pengalaman serta ketakutan-ketakutan masa kecil saya," kata Makbul saat konferensi pers di Jakarta, Selasa, 17 Januari.
Bukan hanya soal siapa yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan siapa yang memiliki kedudukan lebih rendah, dalam film tersebut Purna dan Rakib juga tampak menyindir anggapan yang kerap muncul di masyarakat: bagaimanapun, anak muda tak boleh melawan yang lebih tua.
"Ini bukan hanya soal 'majikan dan pembantu' tapi juga soal generasi terdahulu dan generasi yang sekarang. Jadi memang aku mencoba memotret banyak hal memakai sebuah hubungan dua orang yang sederhana," ujar Makbul.
"Film ini mengajak kita melihat hal-hal kecil di sekitar kita dan apa yang kita lewatkan di momen itu. Jadi, film ini mengajak melihat sesuatu yang besar lewat teropong kecil," lanjutnya.
Bahaya kekuasaan
Autobiography menunjukkan dengan jelas seperti apa bahaya kekuasaan ketika berada di tangan yang salah. Kekuasaan sangat mungkin dimanfaatkan untuk melakukan apa pun yang ia kehendaki, tanpa memikirkan nilai, adab, norma, bahkan keselamatan orang lain.
Purna, yang dari luar terlihat sebagai sosok yang paling disegani, rupanya memiliki sisi lain yang tak pernah terduga oleh siapa pun --bahkan mungkin oleh orang terdekatnya.
Rakib, tak pernah menyangka bahwa upayanya untuk membawa pelaku perusak poster kampanye Purna ke hadapan lelaki tua itu akan berujung pada sesuatu yang paling mengerikan dalam hidupnya.
Meski demikian, karena sudah merasa terikat, Rakib tak bisa berbuat apa-apa. Ia tetap terus patuh terhadap Purna. Bahkan, ketika ia memutuskan pergi dari rumah, namun tak kuasa melakukannya sebab ia telah kehilangan kemerdekaannya.
Tak hanya kehilangan kemerdekaan atas tindakan dan pikiran, ia juga bahkan kehilangan kemerdekaan atas tubuhnya sendiri, yang ditunjukkan dalam adegan di mana Rakib hanya pasrah saat Purna memandikannya.
"Saya ingin bicara bagaimana kekuasaan itu begitu sangat menakutkan ketika dia sudah sampai pada level tubuh, karena tubuh itu kan benteng kemanusiaan kita yang terakhir. Saya sendiri sebagai sutradara sangat takut mengeksploitasi tubuh aktor saya sendiri. Jadi ketika syuting, semua monitor dimatikan," kata Makbul.
Tak semua pelajaran yang diwariskan itu baik
Autobiography juga menunjukkan bahwa tidak semua pelajaran yang diwariskan itu baik sehingga tak bisa kita telan mentah-mentah.
Dalam film tersebut, Purna mengajarkan Rakib banyak hal. Bukan hanya mengajarkan bermain catur dan menembak burung, Purna juga mengajarkan Rakib tentang ajaibnya kata "maaf" yang mampu mengubah amarah menjadi hadiah.
Rakib rupanya memegang teguh pelajaran soal "maaf" itu. Itu jugalah yang membuat dia gigih menemui pelaku perusak poster Purna dan membujuknya untuk meminta maaf pada lelaki itu.
Baca juga:
Ketika pelaku terlihat sangat ketakutan, Rakib menenangkannya dengan kalimat yang sama seperti yang disampaikan Purna kepada dia. Namun, Rakib lupa bahwa hadiah juga bisa terasa 'menyedihkan' dan 'mengerikan'.
Tak hanya Rakib yang luput bahwa tak semua pelajaran itu baik. Purna juga demikian. Ia tak menyadari bahwa apa yang telah ia ajarkan kepada Rakib bisa saja menjadi bumerang baginya di kemudian hari. Purna tampaknya juga tak menyadari bahwa ketika ia mengajari Rakib, ia sebenarnya membuat autobiography dirinya dalam diri pemuda itu.
"Hubungan Rakib dan Purna ini jadi semacam bercermin satu sama lain. Ada seorang dari generasi terdahulu, sedang berusaha menulis autobiography-nya dan mewariskan sesuatu pada generasi muda, dan generasi muda ini banyak belajar dari generasi terdahulu sampai dia sadar bahwa ternyata tidak semua pelajaran itu harus ditelan mentah-mentah," kata Makbul.