Dunia Harus Kutuk Penggunaan Rudal Kh-22 Terhadap Warga Sipil, Ukraina: Itu Terorisme

JAKARTA - Pejabat Ukraina meminta masyarakat dunia mengutuk penggunaan rudal Kh-22 oleh militer Rusia terhadap penduduk sipil, usai serangan yang menghantam apartemen di Dnipro.

Otoritas dan regu penyelamat Ukraina terus berusaha melakukan yang terbaik, untuk menyelamatkan dan mencari korban serangan rudal Rusia terhadap apartemen di Dnipro Hari Sabtu, kendati puluhan orang diperkirakan tewas.

"Penggunaan rudal semacam itu terhadap kota padat penduduk sebenarnya adalah terorisme terhadap penduduk sipil. Itu adalah rudal Kh-22, rudal Soviet lama, yang dikembangkan di Uni Soviet, yang membawa begitu banyak kesedihan bagi penduduk Dnipro kemarin," kata Yurii Ihnat, juru bicara Komando Angkatan Udara Ukraina, mengatakan hal ini dalam program TV Ukraina, melansir Ukrinform 16 Januari.

"Kita ingat Kremenchuk (serangan rudal Juni 2022 di pusat perbelanjaan Amstor yang menewaskan 20 orang), apa yang terjadi di sana? Ini tidak memalukan, harus ada penilaian hukum yang sesuai - apa yang terjadi di Kremenchuk, di Dnipro dan di kota-kota lain di mana rudal ini digunakan, harus dikutuk oleh masyarakat dunia dengan cara yang paling keras," terang Ihnat.

Dia ingat, musuh telah menggunakan lebih dari 210 rudal semacam itu di Ukraina sejak awal invasi Rusia skala penuh.

Ihnat menambahkan, untuk menghancurkan rudal semacam itu, Ukraina membutuhkan sistem pertahanan udara modern yang mampu mengenai sasaran balistik, termasuk Iskander, rudal potensial buatan Iran, jika Rusia menerimanya, dan juga salah satu rudal paling kuat tapi tidak akurat, seperti rudal Kh-22.

Terpisah, penasihat gubernur regional Natalia Babachenko mengatakan, 30 orang dipastikan tewas sejauh ini dan lebih dari 30 orang dirawat di rumah sakit, termasuk 12 orang dalam kondisi serius akibat serangan tersebut. Antara 30 hingga 40 orang masih bisa terperangkap di bawah puing-puing, katanya, seperti mengutip Reuters.

Sementara itu, dalam pidato malamnya setelah serangan itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky meminta sekutu Barat untuk memasok lebih banyak senjata, guna mengakhiri "teror Rusia" dan serangan terhadap sasaran sipil.

Diberitakan sebelumnya, Rusia menembakkan dua gelombang rudal ke Ukraina pada Hari Sabtu, menyerang sasaran di seluruh negara itu, saat pertempuran berkecamuk di medan perang di kota timur Soledar dan Bakhmut.

Dalam sebuah pernyataan pada Hari Minggu tentang serangan hari sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia tidak menyebut Dnipro sebagai target spesifik.

"Semua objek yang ditugaskan terkena. Target serangan telah tercapai," katanya.