Dirjen EBTKE Beberkan Manfaat Implementasi Biodiesel
JAKARTA - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Dadan Kusdiana menjelaskan sejumlah keuntungan yang akan ditimbulkan dari implementasi biodiesel di Indonesia.
Dadan mengatakan, program ini wujud upaya bersama untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi, sekaligus membawa sawit Indonesia menjadi lebih baik dan berkelanjutan.
“Program biodiesel ini bukan semata-mata program Kementerian ESDM untuk menggunakannya sebagai bahan bakar, tapi juga bagaimana mendorong sawit di Indonesia dapat memberikan manfaat secara luas untuk perekonomian nasional maupun secara khusus untuk petani”, ujar Dadan kepada media yang dikutip Sabtu 14 Januari.
Saat program implementasi biodiesel didesain, lanjut Dadan, harga Crude Palm Oil (CPO) berada pada kisaran 275 dolar AS per ton dan terus meningkat seiring dengan peningkatan permintaan sawit karena implementasi biodiesel.
“Bagaimana supaya kita bisa angkat harga sawit ini karena harga sawit kan otomatis nanti transfer ke harga TBS (tandan buah segar) sawit di petani. Selain itu, kita masih impor solar meskipun grafiknya makin menurun. Ini menjadi salah satu terobosan dan bukti hasil penelitian dan pengembangan dapat diimplementasikan dan memberikan manfaat yang demikian luas,” imbuhnya.
TBS adalah buah kelapa sawit setelah dilepas dari tandan, yang kemudian diolah dan diproses menjadi produk utama berupa minyak sawit mentah atau CP dan minyak inti sawit atau PKO.
Selain mendorong permintaan terhadap sawit, Pemerintah juga mendorong penyebaran pembangunan pabrik pengolahan CPO menjadi biodiesel.
“Sekarang banyak pabrik yang didirikan untuk mengolah CPO menjadi biodiesel, di wilayah Sumatera hingga Sulawesi. Saat ini kami sedang mendorong pembangunan pabrik di Papua untuk mendorong permintaan dan penyebaran di wilayah Papua,” kata Dadan.
Baca juga:
Saat ini Indonesia bersiap melaksanakan implementasi peningkatan persentase pencampuran bahan bakar nabati jenis biodiesel ke dalam bahan bakar minyak jenis minyak solar dari sebesar 30 persen (B30) menjadi sebesar 35 persen (B35) mulai 1 Februari 2023.
“Bulan ini kita masih tetap B30. Mulai minggu depan seluruh pengiriman dari biodiesel ini menggunakan spek B35,” ujar Dadan.
Lebih lanjut Dadan mengungkapkan, dengan diberlakukannya B35, Indonesia akan semakin dapat mengendalikan impor solar.
Asal tahu saja, untuk pelaksanaan program B35 pada tahun 2023, ditargetkan penyaluran biodiesel mencapai 13,15 juta kL per tahun atau 226 ribu barel per hari.
"Penghematan devisa diperkirakan mencapai sekitar 10,75 miliar dolar AS atau setara dengan Rp161 Triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.653.974 orang dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 34,9 juta ton CO2," pungkas Dadan