Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya menurunkan emisi Gas Rumah Kaca melalui berbagai program, salah satunya biomassa.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Yudo Dwinanda Priaadi menjelaskan bahwa biomassa sebagai salah satu sumber energi berbasis energi baru terbarukan memegang peranan penting dalam program dekarbonisasi menuju emisi nol bersih.

Yudo bilang, salah satu produk biomassa ialah biodiesel, yang dimanfaatkan sebagai campuran bahan bakar diesel untuk kendaraan.

"Biodiesel menawarkan sebagai campuran bahan bakar yang lebih bersih dan ramah lingkungan daripada bahan bakar fosil konvensional, sehingga mengarah kepada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi udara secara signifikan," ujar Yudo yang dikutip Kamis, 12 Oktober.

Implementasi bodiesel di Indonesia, papar Yudo, telah berjalan selama lebih dari 17 tahun dan menjadikan Indonesia sebagai pelopor dalam pemanfaatan biodiesel, yang pada bulan Februari 2023 lalu, program mandatory campuran Biodiesel ke bahan bakar fossil telah diimplementasikan secara nasional, dengan persentase sudah mencapai 35 persen atau B35 dan terus akan ditingkatkan hingga mencapai B100.

Lebih lanjut, Yudo menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2022, program mandatori biodiesel B30 berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 27,8 juta CO2e dengan alokasi kuota biodiesel sebanyak 11 juta Kiloliter (KL), dengan nilai ekonomi mencapai lebih dari 10 miliar dolar AS.

"Sedangkan pada tahun 2023, kuota biodiesel ditetapkan sebesar 13,15 juta kL dan diharapkan nilai manfaat dari program ini dapat mencapai lebih dari 11,2 miliar dolar AS," pungkas Yudo.