Meski Tak Kadaluwarsa, Madu yang Disimpan Bertahun-tahun Khasiatnya Menurun
YOGYAKARTA – Madu merupakan pilihan pemanis alami yang baik untuk kesehatan. Bahan alami ini, dipakai manusia sejak 5.500 sebelum masehi yang tercatat memiliki daya tahan yang lama sekali.
Madu mengandung protein dan enzim anti bakteri serta bersifat antioksidan. Pada tahun 2015, seorang arkeolog menemukan pot berisi madu berusia 3.000 tahun di sebuah makam Mesir. Dilansir Mind+Body, Rabu, 4 Januari, peneliti mencampurkan madu temuannya dalam teh. Beberapa juga bisa dimakan sehinga membuktikan bahwa madu tidak beracun meski telah disimpan selama ribuan tahun.
Madu diproduksi dari zat alami yang manis. Diproduksi oleh lebah dari nektar atau sekresi tumbuhan. Nektar bunga yang dihisap lebah bercampur dengan enzim serta air liurnya. Kemudian lebah menyimpannya dalam kantung-kantung dalam sarangnya. Dilansir Healthline, komposisi madu tergantung pada spesies lebah, tanaman, dan bunga di mana bahan ini diproduksi. Rasanya juga berbeda-beda, pun dengan warnanya. Ada yang berwarna kuning tua ataupun tidak berwarna dan bening.
Madu yang umum dikonsumsi, mengandung 80 persen gula dan tidak lebih dari 18 air. Jumlah pastinya, tergantung pada spesies lebah, tanaman, cuaca, dan kelembapan serta pengolahan. Madu juga mengandung asam organik, seperti asam glukonat, yang bertanggung jawab atas rasa asamnya yang khas. Dalam jumlah yang sangat kecil, dari serbuk sari yang dihisap lebah, berkontribusi pada kandungan vitamin dalam madu.
Berdasarkan catatan nutrisi, satu-satunya nutrisi penting dalam madu adalah gula. Dalam setiap satu sendok makan atau sebanyak 21 gram, mengandung 65 kalori dan 17,2 gram gula. Ada juga jejak mineral dalm madu, seperti potasium, terutama pada varietas yang lebih gelap.
Seperti halnya gula yang dipakai sebagai pengawet makanan. Karena kandungan gula dalam madu yang tinggi ini membuatnya lama enggak kadaluwarsa. Selain juga mengandung air yang rendah, sifat asam dan anti mikroba yang dihasilkan lebah membuat madu awet disimpan. Ahli menjelaskan, kadar gula yang tinggi berarti tekanan osmotik pada madu sangat tinggi. Hal ini menyebabkan air mengalir keluar dari sel mikroba, dan menghentikan pertumbuhannya. Uniknya, tidak terjadi fermentasi atau penguraian molekul gula pada madu.
PH madu berkisar antara 3,4 hingga 6,1, dengan pH rata-rata 3,9 yang cukup asam. Alasan utamanya adalah adanya asam glukonat, yang diproduksi selama pematangan nektar. Namun madu dengan pH lebih rendah dan lebih tinggi tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam aktivitas antimikroba.
Baca juga:
Terlepas dari sifat antimikroba madu, bahan pemanis alami ini bisa menyebabkan penyakit dalam keadaan tertentu. Termasuk kontaminasi, pemalsuan, dan penyimpanan yang salah. Alih-alih berkhasiat, cara menyimpan madu yang tidak benar dapat membuat pemanis ini kehilangan sebagian sifat anti mikronya, terkontaminasi, dan rusak.