Sayonara Dana PEN! Realisasi Periode Terakhir 2022 Terserap Rp396,7 Triliun

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan melaporkan bahwa realisasi anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) periode 2022 adalah sebesar Rp396,7 triliun dari total yang dialokasikan sebesar Rp455,6 triliun.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa serapan itu tersebar ke dalam tiga klaster besar, yaitu kesehatan sebesar Rp61,3 triliun, perlindungan masyarakat Rp152 triliun, dan klaster pemulihan ekonomi sebesar Rp183,4 triliun.

“Program PEN 2022 telah dimanfaatkan secara optimal dan berdampak nyata untuk melindungi daya beli masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ekonomi,” ujarnya saat menggelar konferensi pers APBN dikutip Rabu, 4 Januari.

Menkeu menjelaskan, alokasi dana klaster kesehatan digunakan untuk beberapa hal penting, seperti pembayaran klaim pasien COVID-19 sebesar 28,8 triliun, program vaksinasi Rp3,4 triliun, insentif tenaga kesehatan (nakes) Rp3,5 triliun, dan insentif perpajakan sektor kesehatan Rp1,8 triliun.

Lalu, untuk klaster perlindungan masyarakat antara lain digunakan untuk BLT BBM Rp12,7 triliun, program keluarga harapan (PKH) Rp28,7 triliun, BLR minyak goreng Rp7 triliun, BLT dana desa Rp26,9 triliun, Kartu Prakerja Rp16,4 triliun, dan kartu sembako Rp44 triliun.

“Sementara untuk klaster pemulihan ekonomi disalurkan untuk program padat karya Rp21,3 triliun, ketahanan pangan Rp36,1 triliun, dukungan UMKM Rp26,1 triliun, serta insentif usaha/pajak Rp19,7 triliun,” tuturnya.

Sebagai informasi, program PEN 2022 adalah periode terakhir dari alokasi khusus dana APBN untuk menanggulangi dampak pandemi COVID-19. Mulai 2023, pemerintah sudah tidak lagi menganggarkan dana PEN mengingat angka penyebaran pandemi sudah semakin terkendali dan kondisi perekonomian sudah kembali ke level normal.

Adapun, PEN 2021 terserap Rp658,6 triliun atau 88,4 persen dari pagu Rp744,7 triliun. Sementara PEN 2022 terealisasi Rp579,7 triliun atau setara 83,4 persen dari total dana yang dianggarkan sebesar Rp695,2 triliun.