Federasi Sebut Pecatur Wanita Sarasadat Khademalsharieh yang Bertanding Tanpa Jilbab Tidak Wakili Iran

JAKARTA - Pecatur Sarasadat Khademalsharieh tidak mewakili negaranya, ketika dia bertanding dalam kompetisi internasional di Kazakhstan tanpa jilbab, kata kepala federasi catur Iran.

Hassan Tamini mengatakan, "pecatur ini berpartisipasi secara bebas dan dengan biaya sendiri" tanpa melalui federasi, lapor kantor berita setengah resmi Fars, seperti dikutip dari The National News 30 Desember.

"Kami tidak menyangka pecatur tersebut melakukan ini, karena dia sudah mengikuti turnamen-turnamen sebelumnya sesuai dengan standar," ujar Tamini.

Khademalsharieh (25) ambil bagian dalam International Chess Federation World Rapid and Blitz Chess Championships di Almaty, Kazakhstan

Para peserta acara mengatakan Khademalsharieh hadir di hari kedua acara tersebut, dan tidak mengenakan jilbab.

Laporan menunjukkan bahwa dia tidak akan pulang ke rumah pada akhir turnamen, melainkan berencana tinggal di Spanyol bersama suami dan anaknya, menurut surat kabar El País.

Dia berada di peringkat No. 804 di dunia, situs web Federasi Catur Internasional menunjukkan. Gambar profil grandmaster wanita di situs web federasi menunjukkan dia mengenakan kerudung biru tua yang tidak menutupi seluruh rambutnya.

Diketahui, wanita yang berpartisipasi dalam kompetisi internasional atas nama Iran diharuskan mengenakan jilbab dan mematuhi aturan berpakaian.

Bulan lalu, Iran mengecam speed skater Niloufar Mardani, setelah dia mengikuti kompetisi di Turki tanpa jilbab. Mardani berpartisipasi tanpa izin, kata Kementerian Olahraga Iran seperti dikutip oleh kantor berita Fars.

Pada Bulan Oktober, atlet panjat tebing Elnaz Rekabi hanya mengenakan ikat kepala di Kejuaraan Asia di Seoul. Dia meminta maaf atas kejadian tersebut dan mengatakan kepada media pemerintah, jilbabnya terlepas secara tidak sengaja.

Dua bulan kemudian, dilaporkan bahwa otoritas Iran menghancurkan rumah keluarga Rekabi karena "pembangunan dan penggunaan tanah yang tidak sah".

Sebelumnya, protes massal pecah di Iran dan telah memasuki bulan ketiga setelah, kematian wanita Kurdi-Iran Mahsa Amini (22), dalam tahanan polisi. Dia ditangkap oleh polisi moralitas karena melanggar kode berpakaian negara.

Olahraga telah menjadi arena sensitif selama protes, dengan beberapa atlet wanita terkemuka dan pesepakbola pria menyatakan dukungan mereka.

Jauh sebelumnya Pada tahun 2020, seorang wasit catur Iran mengatakan dia takut pulang ke rumah setelah mengadili turnamen wanita tanpa mengenakan jilbab.

Shohreh Bayat, 34, mengatakan dia tidak akan kembali ke Iran kecuali dia diberi jaminan keamanan secara tertulis dari federasi catur negara itu.

"Saya sangat berharap mereka akan memberi saya sesuatu untuk memastikan saya akan aman jika saya kembali ke Iran," katanya saat itu.

"Tapi jika itu tidak terjadi, saya hanya memeriksa pilihan saya dan mempertimbangkan apapun."

Profil Twitter-nya mengatakan dia tinggal di London dan menyertakan foto dirinya tanpa jilbab. Dia menggambarkan dirinya sebagai pengungsi dan "pembela hak asasi manusia".