Makna Natal untuk Anak-Anak Ukraina: Perang Mengakibatkan Penderitaan, Mereka Rindu Perdamaian
JAKARTA – Umat Kristen Ortodoks Ukraina selalu merayakan Natal pada 7 Januari. Namun, kemungkinan itu akan berubah tahun ini pasca Orthodox Church of Ukraine (OCU) untuk kali pertama mengizinkan jemaatnya merayakan Natal pada 25 Desember.
Gelombang perubahan, menurut Uskup Agung Yevstratiy Zoria dari Orthodox Church of Ukraine, sebenarnya sudah bermula sejak 2017, tepatnya ketika 25 Desember menjadi hari libur umum di Ukraina. Banyak penganut gereja menyerukan untuk menjauh dari kalender Julian yang menjadi dasar perhitungan Natal oleh Gereja Ortodoks Rusia.
Bahkan, seruan semakin keras sejak invasi Rusia ke Ukraina. Mendorong OCU mengizinkan 7 ribu parokinya yang mau mengadakan kebaktian penuh pada 25 Desember.
“Kami memberi orang pilihan untuk merayakannya pada hari yang berbeda,” kata Yevstratiy Zoria dilansir dari Politico pada 21 Desember 2022.
“Sebelum invasi, lebih dari sepertiga orang Ukraina ingin beralih ke kalender Gregorian. Jumlahnya mungkin lebih tinggi sekarang dan kami sedang mencoba memahami apa yang sebenarnya diinginkan jamaah. Kami tidak pindah hari Natal, ini akan menjadi hari ibadah tambahan saja,” lanjut Yevstratiy Zoria.
Meski mendapat pertentangan dari sejumlah Gereja Ortodoks lainnya, khususnya di Rusia, Zoria tidak menggubrisnya. Dia menganggap itu hal yang wajar. “Mereka selalu memperlakukan kami sebagai kelompok politik. Mereka tidak menerima kami sebagai organisasi keagamaan atau sebagai gereja. Ini sangat mirip dengan bagaimana Rusia memperlakukan Ukraina pada umumnya.”
Namun, bagi rakyat Ukraina saat ini, bukan lah soal waktu perayaannya. Perang yang sudah terjadi selama hampir 10 bulan telah membuat rakyat Ukraina menderita. Jutaan anak akan merayakan Natal tahun ini jauh dari rumah, jauh dari kehangatan orang-orang terkasih.
Perayaan Natal yang Berbeda
Sejak perang berkecamuk, hampir 8 juta orang Ukraina mengungsi ke negara-negara Eropa, menurut portal kemanusiaan, Reliefweb sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak.
Jutaan rakyat Ukraina lainnya menjadi pengungsi internal, mencari kota-kota yang aman dari ancaman perang. Kondisi mereka saat ini penuh dengan penderitaan. Menjalani musim dingin, mengalami pemadaman listrik, dan harus tetap waspada dari serangan rudal.
Oksana dari Bucha di Kyiv menghabiskan 5-6 jam di ruang bawah tanah setiap hari. Berlindung dari udara dingin bersama keluarganya selama puncak konflik, sementara misil dan bom kadang menghujani mereka. Perang membuat dia dan putri sulungnya, Krhystyna (8) mengalami stres.
“Sampai tumbuh uban di rambut Krhystyna. Saya tidak memberi tahu dia, tetapi ketika saya mengepang rambutnya, saya menangis, karena dia masih kecil. Sangat menakutkan duduk di ruang bawah tanah dalam kondisi perang. Selamat dari peluru atau terkubur hidup-hidup. Saat itu terjadi, Anda tidak lagi mengkhawatirkan diri sendiri, yang Anda pikirkan pasti anak-anak Anda,” kata Oksana seperti yang tertulis di Reliefweb pada 19 Desember 2022.
Oksana dan Kryshtyna tahu Natal kali ini akan sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Cukup berat untuk pulih dari trauma atas apa yang terjadi.
"Ketika Sinterklas tiba, kami sudah tidur dan Tahun Baru dimulai pada jam 12. Kami bangun di pagi hari dan pergi untuk membuka hadiah. Tahun Baru yang lalu kami bangun di malam hari dan tetap membuka hadiah," kata Kryshtyna.
Masha (9) juga merasakan penderitaan yang sama. Keluarganya membawa Masha mengungsi dari Kyiv pada Juni lalu. Kini, dia tinggal di kota tepi pantai di Inggris. Terpisah dari sang ayah yang lebih memilih berada di Kyiv. Ini adalah kesedihan yang sangat luar biasa.
"Saya ingin ayah saya datang ke sini, atau setidaknya berbicara melalui telepon," kata Masha.
Semasa dalam kondisi damai, sang ayah selalu mendukung kesenangannya dalam menggambar. Ayah bahkan pernah berucap, kata Masha, “Semua yang saya gambar mungkin menjadi kenyataan. Jadi, saya menggambar agar kita bersama, agar kita berada di tepi pantai musim panas mendatang. Ketika saya menggambarnya, saya merasa bahagia."
Saat ditanya apa yang diinginkannya untuk Natal, Masha berkata, "Saya ingin kedamaian."
Sonia Khush, country director Save the Children di Ukraina mengatakan anak-anak korban perang mengalami kondisi psikologis yang sangat berat. Hidup terpisah dari orangtua, keluarga, dan teman-teman bermain mereka. Menyaksikan langsung serangan militer dan kekerasan lain yang terjadi dalam peperangan.
“Mereka bisa sangat tangguh dengan dukungan yang tepat. Belajar mengatasi rasa ketakutan dan mulai pulih dari konsekuensi perang,” kata Sonia.
Tidak Akan Menyerah
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam pidatonya di Kongres Amerika Serikat pada 21 Desember lalu bersumpah negaranya tidak akan pernah menyerah kepada Rusia. Dia akan terus berupaya memenangkan opini dunia.
Pembicaraan damai bisa saja dilakukan selama memberi keadilan untuk rakyat Ukraian.
“Itu berarti tidak ada kesepakatan tentang kedaulatan, kebebasan, dan integritas teritorial negara saya,” kata Zelensky seperti dilansir dari Deutsche Welle.
Zelensky berterimakasih kepada para pemimpin dan warga Amerika atas dukungannya, terutama dalam memperkuat pertanahan militer Ukraina.
"Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk berada di Kongres AS dan berbicara kepada Anda dan semua orang Amerika. Atas semua skenario kesengsaraan dan kesuraman, Ukraina tidak jatuh," kata Zelensky, disambut tepuk tangan meriah dari anggota parlemen.
Rakyat Ukraina akan tetap merayakan Natal di tengah kondisi perang meskipun tanpa listrik, Zelensky berujar, "Cahaya keyakinan kita pada diri sendiri tidak akan padam."
Sementara itu, Rusia mengkritik kunjungan Zelensky ke Amerika Serikat, Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan itu dapat menjadi bumerang. “Pengiriman sistem senjata bukan pertanda baik bagi Ukraina."
Baca juga:
- Selamat Hari Ibu: Kaleidoskop Perjuangan Para Ibu untuk Anak-Anaknya
- Partai Tak Lolos Verifikasi Peserta Pemilu 2024: Syarat Administrasi Tak Lengkap, tapi Presiden yang Disalahkan
- Renungan untuk Bangsa dari Almarhum Prof. Dr. Subroto
- Selain Insentif, Konsumen Kendaraan Listrik Juga Butuh Kepastian Soal Stasiun Pengisian Daya