Bantah Pasok Amunisi ke Rusia, Korea Utara Tuding AS Bawa Pertumpahan Darah dengan Mengirim Senjata ke Ukraina

JAKARTA - Kementerian Luar Negeri Korea Utara membantah laporan media bahwa mereka memasok amunisi ke Rusia, menyebutnya "tidak berdasar", sebalik, mengecam Amerika Serikat karena menyediakan senjata mematikan ke Ukraina, lapor kantor berita resmi Korea Utara KCNA pada hari Jumat.

Tokyo Shimbun Jepang melaporkan sebelumnya, Korea Utara telah mengirimkan amunisi, termasuk peluru artileri, ke Rusia melalui kereta api melalui perbatasan mereka bulan lalu. Pengiriman tambahan diprediksi dalam beberapa minggu mendatang.

"Laporan palsu media Jepang bahwa DPRK menawarkan amunisi ke Rusia adalah pengalih perhatian yang paling tidak masuk akal, yang tidak layak untuk dikomentari atau ditafsirkan," kata seorang juru bicara kementerian dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh KCNA, melansir Reuters 23 Desember.

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan pada Hari Kamis, Korea Utara telah menyelesaikan pengiriman senjata awal ke perusahaan militer swasta Rusia, Wagner Group, untuk membantu memperkuat pasukan Rusia di Ukraina.

Pernyataan Kementerian Luar Negeri Korea Utara tidak menyebutkan Wagner Group.

Menurut Gedung Putih, Wagner menerima pengiriman roket infanteri dan misil dari Korea Utara, meskipun pemilik Wagner Yevgeny Prigozhin membantah pernyataan tersebut sebagai "gosip dan spekulasi".

"DPRK tetap tidak berubah dalam pendiriannya yang berprinsip pada masalah 'transaksi senjata' antara DPRK dan Rusia yang tidak pernah terjadi," kata juru bicara Korea Utara, menambahkan bahwa Amerika Serikat yang "membawa pertumpahan darah dan kehancuran ke Ukraina dengan memberikan dengan berbagai jenis senjata mematikan."

DPRK adalah inisial nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.

Terpisah, Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan pada Hari Kamis, mereka telah memantau kegiatan Korea Utara di tengah kekhawatiran atas kemungkinan transaksi senjata dengan Rusia.