Korea Utara Bantah Pasok Senjata atau Amunisi untuk Rusia
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/John Pavelka)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara pada hari Kamis mengatakan tidak pernah memasok senjata atau amunisi ke Rusia, serta tidak memiliki rencana untuk melakukannya, sambil memperingatkan Amerika Serikat untuk 'tutup mulut' dan berhenti menyebarkan desas-desus yang bertujuan 'menodai' citra Pyongyang.

"Baru-baru ini, AS dan pasukan musuh lainnya berbicara tentang 'pelanggaran resolusi' DK PBB, menyebarkan 'rumor perdagangan senjata' antara DPRK dan Rusia. Kami belum pernah mengekspor senjata atau amunisi ke Rusia sebelumnya dan kami tidak akan berencana mengekspornya," sebut KCNA mengutip wakil direktur jenderal Biro Umum Peralatan Kementerian Pertahanan Nasional Korea Utara dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 22 September.

Sebelumnya, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel awal bulan ini mengatakan, Rusia "sedang dalam proses pembelian jutaan roket dan peluru artileri dari Korea Utara untuk digunakan di Ukraina."

Menyebutnya sebagai "pembelian potensial", juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby kemudian mengklarifikasi, "tidak ada indikasi bahwa pembelian telah selesai dan tentu saja tidak ada indikasi bahwa senjata-senjata itu digunakan di dalam Ukraina."

Diketahui, Amerika Serikat juga menuduh Iran memasok drone ke Rusia untuk digunakan dalam perangnya di Ukraina, yang dibantah Teheran.

Rusia juga membantah tuduhan itu dan menuntut Amerika Serikat untuk memberikan bukti.

Kendati demikian, Rusia dan Korea Utara diketahui baru-baru ini membicarakan hubungan mereka.

Presiden Rusia Vladimir Putin bulan lalu mengatakan kepada pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, kedua negara akan "memperluas hubungan bilateral yang komprehensif dan konstruktif dengan upaya bersama," dalam sebuah surat yang dikirim untuk Hari Pembebasan Korea.

Sementara, Pemimpin Kim juga mengirim surat kepada Presiden Putin yang mengatakan "kerja sama, dukungan, dan solidaritas strategis dan taktis" antara kedua negara telah mencapai tingkat baru, di tengah upaya bersama mereka untuk menggagalkan ancaman dan provokasi dari "pasukan militer yang bermusuhan".