Percepat Produksi Garam, Balai Kemenperin Kembangkan Teknologi Sistem Semprot
JAKARTA - Salah satu unit kerja di bawah Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), yakni Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Banda Aceh berpartisipasi dalam pengembangan garam di Indonesia, khususnya di Provinsi Aceh.
Salah satu teknologi yang dikembangkan sekaligus diaplikasikan di sektor IKM pengolahan garam adalah teknologi untuk mempercepat produksi garam menggunakan sistem semprot (sprayer).
"Teknologi yang di kembangkan ini telah diaplikasikan di dua IKM garam di Provinsi Aceh, yakni di UD Milhy Jaya Bireuen dan Koperasi Tunas Usaha Sejahtera Aceh Besar," kata Kepala BSKJI Kemenperin, Doddy Rahadi, di Jakarta, Jumat, 16 Desember.
Prinsip kerja dari teknologi yang dikembangkan tersebut adalah dengan cara menaikkan air garam muda (± 10 0be) menggunakan pompa air yang digerakkan oleh tenaga listrik bersumber dari panel surya (solar cell) kebagian atas melalui pipa PVC dan dialirkan kembali ke bawah dalam bentuk pancuran seperti shower.
Proses ini dilakukan secara berulang setiap harinya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Sebab, ukuran air yang dijatuhkan dalam bentuk butiran kecil, maka proses penguapan air akan lebih efisien.
Baca juga:
- Berpotensi Hasilkan Ekonomi Tinggi, Kemenperin Fokus Kembangkan Hilirisasi Industri Porang
- Dukung Ekonomi Syariah Indonesia, Kemenperin Berikan Sertifikat Halal kepada 50 UMKM di Jogja
- Teknologi Balai Kemenperin Tingkatkan Nilai Tambah Komoditas Salak
- Kemenperin Jalin Kerja Sama dengan Unido, Percepat Kawasan Industri di Indonesia
Selain itu, ketika butiran air yang dijatuhkan ke bagian atas geomembran, nantinya akan menimbulkan efek pengadukan air garam yang juga berpengaruh langsung terhadap percepatan laju penguapan air.
Mahlinda selaku Ketua Tim pengembangan teknologi pengolahan garam sistem semprot ini mengatakan, dalam kondisi cuaca normal dengan adanya teknologi sistem semprot ini, tingkat kenaikan baume air garam rata-rata mencapai 2 obe/hari.
Sedangkan, jika tidak menggunakan teknologi semprot, kadar baume hanya naik 1 obe/hari.
"Hal ini dapat memangkas waktu produksi garam sebanyak 50 persen, apabila dibandingkan dengan teknologi konvensional tanpa menggunakan sistem semprot," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BSPJI Banda Aceh, Fathullah mengapresiasi adanya kegiatan pendampingan untuk optimalisasi teknologi yang tepat guna dan kedepannya berharap dapat terus mengaplikasikan teknologi tersebut guna meningkatkan daya saing IKM industri garam, baik lokal maupun nasional.
"Kami berkomitmen dapat memberikan kemudahan dan pelayanan terbaik kepada pelaku industri terutama sektor IKM," ucapnya.