Korban Tewas Protes di Peru Bertambah, Presiden Boluarte: Setiap Orang Memiliki Hak Memprotes, Tapi Tidak Melakukan Vandalisme
JAKARTA - Presiden Dina Boluarte mengatakan telah meminta polisi dan tentara tidak menggunakan senjata mematikan saat menghadapi pengunjuk rasa, ketika protes terus dilakukan oleh pendukung presiden yang dimakzulkan Pedro Castillo.
Sejak pekan lalu, demonstrasi meletus di kota-kota di seluruh negeri untuk mendukung Castillo, terkadang ditandai dengan bentrokan dengan pasukan keamanan Peru.
Melansir CNN 14 Desember, sedikitnya enam orang tewas dalam demonstrasi, termasuk dua anak di bawah umur, kata kantor pers ombudsman Peru, Selasa. Kemarin, korban tewas yang diumumkan tiga orang, yakni dua remaja pada Hari Minggu dan satu di wilayah Arequipa pada Hari Senin.
Selain itu, sedikitnya 47 orang dirawat di rumah sakit akibat protes di Kota Lima, Apurímac, Huancavelica dan Arequipa, demikian cuitan Kementerian Kesehatan Peru.
Demonstran menyerukan pemilihan umum, pembubaran Kongres dan pembentukan majelis konstituante baru, menurut penyiar radio dan televisi Radio Programas del Peru.
Sementara itu, Presiden Dina Boluarte pada Hari Selasa menyerukan pemulihan keadaan, mengatakan dia telah menginstruksikan polisi untuk tidak menggunakan senjata mematikan terhadap pengunjuk rasa.
"Setiap orang memiliki hak untuk memprotes tetapi tidak melakukan vandalisme, membakar rumah sakit, ambulans, kantor polisi, menyerang bandara, (ini) bukan protes biasa, kami telah mencapai ekstrem," tambah Presiden Boluarte.
Terpisah, Polisi Nasional Peru mengatakan, pada Senin malam, ada blokade jalan nasional di setidaknya 11 wilayah negara itu.
Sementara itu, pemerintah telah mengumumkan keadaan darurat di tujuh provinsi di wilayah Apurimac di selatan-tengah Peru.
Peru telah dilanda ketidakstabilan politik dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak orang Peru menyerukan perubahan politik, menurut jajak pendapat September oleh Institute of Peruvian Studies, yang menemukan 60 persen dari mereka yang disurvei mendukung pemilihan awal untuk menyegarkan kembali kepresidenan dan Kongres.
Tidak jelas apakah naiknya Boluarte ke kursi kepresidenan dapat memperoleh dukungan politik yang meluas. Boluarte "tidak memiliki karir politik yang diakui," kata Fernando Tuesta Soldevilla, profesor ilmu politik di Universitas Katolik Kepausan Peru.
"Dan tanpa dukungan partisan, partai politik atau organisasi sosial di belakangnya, dia lemah sejak awal."
"Semua orang tahu kapan pemerintahan Dina Boluarte dimulai, tapi tidak ada yang bisa memastikan berapa lama akan bertahan," katanya kepada CNN.
Baca juga:
- Tandatangani UU Perlindungan Pernikahan Sejenis, Presiden Biden: Amerika Menuju Keadilan dan Kebebasan untuk Semua
- Presiden Erdogan Sebut Tidak akan Ungkap Tanggal, Ini Tujuan Turki Gelar Operasi ke Suriah
- Inggris Jatuhkan Sanksi Terhadap Rusia dan Iran: Ada Komandan Pasukan Rudal Strategis hingga Kepala Industri Penerbangan
- Kremlin Tegaskan Rusia Tidak Menempatkan Senjata Berat di PLTN Zaporizhzhia
Diketahui, Presiden Dina Boluarte dilantik pekan lalu, setelah Castillo dimakzulkan oleh Kongres dan ditangkap karena berusaha membubarkan badan legislatif dalam upaya mencegah pemungutan suara pemakzulan terhadapnya.
Selain itu, Castillo, yang telah ditahan sejak Rabu, sedang diselidiki oleh jaksa atas tuduhan kejahatan "pemberontakan" dan konspirasi.