Fokus Lawan Inggris, Didier Deschamps Ogah Bicarakan Kematian Pekerja Migran

JAKARTA — Pelatih timnas Prancis Didier Deschamps ogah membicarakan panjang lebar kematian seorang pekerja migran asal Filipina yang terjadi saat fase grup Piala Dunia 2022 Qatar tengah berlangsung.

Juru taktik berusia 54 tahun itu mengatakan bahwa ini bukan saat tepat membicarakan kejadian itu karena ia cuma fokus pada persiapan timnas Prancis melawan Inggris pada perempat final di Stadion Al Bayt, Minggu, 11 Desember dini hari nanti.

"Ya, itu selalu menjadi topik sensitif, itu bukan sesuatu yang ingin saya bicarakan panjang lebar. Saya baru tahu [kematian terakhir] dan ingin menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga," katanya dilansir Live Score.

"Itu mungkin menjadi prioritas [media], tapi prioritas saya adalah pertandingan; kami berada di sebuah turnamen. Itu tidak berarti kami tidak peka terhadap apa yang terjadi di luar sepak bola, tetapi kami tidak boleh mencampuradukkan semuanya," ia menambahkan.

Kematian pekerja yang diperkirakan berusia 40 tahunan itu pertama kali dilaporkan oleh The Athletic pada Rabu tengah pekan ini. Sang pekerja tewas setelah terjatuh saat menjalankan tugas pembersihan di markas timnas Arab Saudi.

FIFA pada Kamis kemarin ikut mengkonfirmasi kematian tersebut. Pekerja bersangkutan kabarnya tidak mengenakan tali pengaman dan pemerintah Qatar pun sedang berusaha mendalami penyebab utama sang pekerja bisa tewas.

"Saya tidak berusaha menghindari pertanyaan. Saya di sini bersama tim saya, kami adalah pesepakbola dan di sini untuk turnamen sepak bola," kata Deschamps yang berusaha memimpin Prancis mempertahankan gelar.

"Pesepak bola sayangnya tidak dalam posisi untuk menyelesaikan masalah di luar sepak bola. Ini lebih dari sekadar masalah, ini terkait seseorang yang kehilangan nyawanya.

"Mungkin Anda berpikir berbicara tentang ini adalah rasa hormat, tetapi berbicara tentang dia tidak akan membantu. Saya berpikir untuk keluarganya, rasa sakit dan penderitaan yang mereka alami, ini juga bisa menjadi tidak sopan," imbuh dia.

Sebelumnya CEO Piala Dunia 2022 Qatar Nasser Al Khater juga sudah menanggapi kematian tersebut. Ia mengatakan bahwa kematian merupakan hal alami dari siklus kehidupan.

Masalah kematian pekerja migran, isu hak asasi manusia, dan kriminalisasi komunitas LGBT di negara Timur Tengah itu menjadi isu dominan selama Piala Dunia tahun ini.

Amnesty International pada tahun 2021 lalu sempat menerbitkan laporan yang mengklaim setidaknya ribuan pekerja migran meninggal dalam 10 tahun terakhir saat membangun infrastruktur Piala Dunia. Namun, pemerintah Qatar dalam beberapa kesempatan sudah menyangkal angka itu.

Sekretaris Jenderal Komite Tertinggi Perwujudan dan Warisan Qatar Hassan al-Thawadi pada pekan kemarin sempat melontarkan angka kematian pekerja berkisar antara 400 sampai 500 orang.

Ini adalah pertama kalinya seorang pejabat Qatar yang terlibat dalam penyelenggaraan Piala Dunia menyebut jumlah kematian. Jumlah yang jauh lebih tinggi dibanding perkiraan sebelumnya.