Profesor Ungkap Pentingnya Ketersediaan Robot Seks untuk Orang Tua Penderita Gangguan Fungsi Seksual
JAKARTA - Nancy S. Jecker, profesor bioetika dan humaniora di University of Washington, menerbitkan sebuah makalah di Journal of Medical Ethics. Melalui makalah ini ia mendorong para pembuat robot seks untuk lebih memikirkan orang-orang berusia tua.
Jecker menyebut, robot seks harus ditargetkan pada orang yang lebih tua untuk membantu melawan gangguan fungsi seksual, jangan cuma dibuat untuk pria muda dan heteroseksual.
Dalam makalahnya Nothing to be Ashamed Of: Sex Robots for Older Adults with Disabilities, Jecker menuduh produsen robot seks saat ini sebagai orang yang terang-terangan seksis, rasis, dan diskriminasi usia karena mereka menargetkan pria muda kulit putih.
Jurnal Bisnis Area Tri-Cities menghubungi Jecker untuk mempelajari lebih lanjut tentang penelitiannya dan apa yang menarik perhatiannya pada gagasan menggunakan robot untuk pengalaman yang paling intim.
Baca juga:
"Saya meminta industri untuk memasarkan diri mereka ke pelanggan yang lebih tua, pelanggan yang memiliki gangguan fungsi seksual terkait usia," kata Jecker dilansir dari Daily Star, Kamis, 17 Desember.
Bagi profesor yang telah menerbitkan lebih dari 200 artikel dan empat buku yang berfokus pada populasi yang menua, merancang robot baru bukan hanya tentang beberapa menit kesenangan di kamar tidur.
Sebaliknya, Jecker berharap pembuatan robot seks dengan mempertimbangkan orang yang lebih tua akan membantu mengubah cara bagaimana mereka dipahami dengan mempromosikan hubungan emosional dan keintiman.
"Ada kecenderungan untuk menganggap orang dewasa yang lebih tua membutuhkan perlindungan daripada memiliki kebutuhan dan keinginan seksual," lanjut Jecker.
“Kita adalah masyarakat yang menua dan usia adalah masalah serius. Hasil yang bagus adalah mata orang-orang terbuka dan waspada."
Jecker memegang gelar profesor di Fakultas Hukum UW, Departemen Kesehatan Global dan Departemen Filsafat. Dia adalah profesor tamu di Universitas Johannesburg di Afrika Selatan dan Pusat Bioetika Universitas China Hong Kong dan baru-baru ini bekerja di dewan American Society for Bioethics and Humanities.