Twitter Lebih Percaya AI Dibanding Karyawannya untuk Moderasi Konten
JAKARTA - Di bawah kepemilikan Elon Musk, Twitter ternyata lebih memercayai kecerdasan buatan (AI) dibandingkan dengan karyawannya dalam hal memoderasi konten di media sosial itu.
Moderasi konten ini bertujuan untuk memeriksa tweet misinformasi, ujaran kebencian dan lainnya. Sekarang, perusahaan dilaporkan lebih mengandalkan AI untuk memoderasi konten.
Wakil presiden Produk Kepercayaan dan Keamanan perusahaan Ella Irwin, mengatakan platform tersebut menghilangkan tinjauan manual oleh karyawannya, dan mendukung pembatasan alih-alih menghapus beberapa konten secara langsung.
“Hal terbesar yang berubah adalah tim sepenuhnya diberdayakan untuk bergerak cepat dan seagresif mungkin,” ujar Irwin kepada Reuters.
Sejak pengambilalihan Musk, ujaran kebencian tercatat melonjak di Twitter, itu dibuktikan pada data yang diungkap pekan lalu oleh Center for Countering Digital (CCDH).
“Dari cercaan rasial yang meningkat tiga kali lipat hingga peningkatan yang mengejutkan dalam tweet antisemit dan misoginis, Twitter (milik) Musk telah menjadi tempat yang aman untuk kebencian,” tweet CCDH.
Organisasi non-pemerintah itu menambahkan, tweet yang skeptis terhadap iklim juga telah meningkat sejak Musk menjadi CEO baru Twitter.
Kelompok riset lain, Network Contagion Research Institute (NCRI) sebelumnya menemukan penggunaan N-word meningkat hampir 500 persen dalam 12 jam usai kesepakatan pembelian Twitter oleh Musk.
Baca juga:
- Amazon dan Apple Kembali Beriklan di Twitter Setelah Elon Musk Luncurkan Insentif
- Hacker China Dituduh Curi Dana Bantuan COVID-19 dari AS
- Selandia Baru Luncurkan UU yang Wajibkan Google dan Meta Bayar Atas Konten Berita yang Digunakan
- Elon Musk Curiga Personel di Twitter Memberikan Preferensi kepada Kandidat Sayap Kiri Pemilu Brasil
Penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan penghinaan terhadap pria gay dan postingan antisemit. Namun, Musk membantah klaim ini, dan menganggapnya salah besar.
Minggu lalu, platform microblogging itu juga dibanjiri selama berjam-jam dengan konten spam dewasa, yang diklaim merupakan upaya untuk mengalihkan berita tentang protes terhadap kebijakan lockdown COVID-19 yang meluas di seluruh China.
Dikutip dari The Independent, Selasa, 6 Desember, Irwin mengatakan belum lama ini, Twitter sekarang akan menggunakan otomatisasi untuk lebih agresif membatasi tagar yang rawan penyalahgunaan serta hasil pencarian di bidang-bidang seperti eksploitasi anak.
Dia menambahkan, platform sekarang akan secara otomatis menghapus tweet yang dilaporkan oleh tokoh tepercaya yang memiliki rekam jejak menandai konten tersebut dengan benar.