Helikopter NBO-105 Polri Jatuh: Perlu Investigasi dan Evaluasi Menyeluruh dari Perawatan hingga Kompetensi SDM

JAKARTA – Helikopter jenis NBO-105 milik Polri dengan nomor registrasi P-1103 jatuh di perairan Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung pada 27 November 2022. Polri, hingga saat ini, masih terus melakukan pencarian korban dan mengumpulkan serpihan-serpihan helikopter yang tersisa.

Kecelakaan pesawat terbang lazimnya disebabkan oleh tiga faktor: manusia, mesin, dan media. Faktor manusia, menurut Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, meliputi kemampuan, pengetahuan, pengalaman, dan kesiapannya melakukan penerbangan.

Faktor mesin mencakup kelaikan pesawat termasuk seluruh komponennya. Adapun, faktor media menyangkut kondisi alam terkait cuaca.

Namun, dalam kasus tersebut, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah memastikan helikopter Polairud jenis NBO-105 dalam kondisi laik terbang. Sehingga, penyebab utama bukan karena mesin atau human error, melainkan akibat faktor cuaca.

Proses evakuasi kru helikopter NBO-105 milik Polri bernomor registrasi P-1103. (Dok. Basarnas)

“Masalah cuaca sangat penting untuk penerbangan. Cuaca tak selalu bisa diprediksi. Apalagi, kalau jarak tempuh jauh misalnya. Ketika akan melakukan perjalanan dinyatakan clear aman, tetapi di tengah perjalanan tiba-tiba kondisi berubah, badai datang, sementara posisi helikopter tidak memungkinkan melakukan pendaratan. Ini bisa saja terjadi,” ucap Khairul kepada VOI, Rabu (30/11).

“Bisa juga karena kombinasi cuaca dan manusia, human error memperparah kondisi. Ketika menghadapi cuaca buruk, pilot harus merespon cepat dan tepat. Bila keputusan yang diambil keliru, akibatnya sangat fatal,” lanjut Khairul.

Angin, tekanan udara, awan, hujan, dan kabut tentu sangat mempengaruhi situasi penerbangan dan pergerakannya kadang kala berubah cepat. Itulah mengapa, perlu ada investigasi lebih lanjut untuk memastikan.

“Kecelakaan, apapun penyebabnya, perlu ada investigasi. Yang tak kalah pentingnya, evaluasi,” ucap Khairul.

Ilustrasi tim SAR gabungan menyisir perairan dalam operasi pencarian. (Antara)

Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh. Mulai dari pertimbangan dalam kebijakan yang menyangkut tata kelola alutsista, seperti penggunaan, perawatan, hingga kompetensi SDM.

“Saya yakin terkait perawatan semua sudah ada prosedur bakunya. Tapi tetap harus dipastikan lagi, apakah benar-benar sudah dilakukan menyuruh dalam arti tidak ada yang dikurang-kurangi atau diabaikan. Ini harus dievaluasi supaya bisa menjadi pembelajaran dan meminimalisasi potensi munculnya insiden serupa,” Khairul memaparkan.

Begitupun kompetensi SDM. Para pilot juga wajib memperbaharui keahlian dalam menghadapi kondisi penerbangan di berbagai jenis skenario cuaca ekstrem. Dengan meningkatnya pengalaman pilot, akan membantu pilot mengambil keputusan tepat saat dibutuhkan.

Pilot Belum Ditemukan

Helikopter P-1103 dan P-1113 take off dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah sekira pukul 08.15 WIB dan sampai di Pangkalan Bun sekira pukul 11.00 WIB. Dua helikopter kemudian melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Pandan, Belitung menjalani tugas perbantuan.

Lalu, kata Karo Penmas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, cuaca memburuk di tengah perjalanan. P-1113 memutuskan naik ke ketinggian 5.000 kaki. Sedangkan pilot P-1103 gagal menaikkan ketinggian dan terus turun menuju ketinggian 3.500 kaki.

Setelah berhasil menghindari cuaca buruk, kapten pilot helikopter P-1113 melakukan komunikasi ke pilot P1103 melalui frekuensi radio helikopter, tetapi tidak ada jawaban.

“Helikopter P-1113 mendarat di Bandara Tanjung Pandan pada 14.24 WIB. Sedangkan P-1103 yang berisi 4 orang dinyatakan hilang pada 27 November siang,” kata Brigjen Ahmad Ramadhan.

Prosesi pengantaran jenazah korban helikopter NBO-105 milik Polri di Lapangan Terbang Pondok Cabe. (VOI/Bitor Ekin Putra)

Tiga jenazah kru helikopter, Bripda Khoirul Anam, Briptu M Lasminto, dan Aipda Joko M sudah ditemukan. Polri masih terus berupaya mencari satu kru helikopter lainnya, AKP Arif Saleh.

"Tentunya bagi prajurit meninggal di tempat tugas adalah kehormatan. Oleh karena itu, tentunya kami mendoakan untuk almarhum diterima di tempat terbaik di sisi-Nya," kata Jenderal Listyo Sigit, Rabu (30/11).

NBO-105 adalah helikopter ringan bermesin ganda yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia di bawah lisensi dari Airbus Helicopters. Helikopter dirancang oleh pakar penerbangan Jerman, Ludwig Bölkow, pada 1964 untuk penggunaan sipil dan militer.

Polri menggunakan jenis helikopter itu sejak 1981 untuk patroli dan berbagai keperluan lain. Namun, sepanjang penggunaannya, NOB-105 diketahui tidak pernah mengalami kecelakaan sebelumnya.

Catatan Kecelakaan Pesawat Polri

Kecelakaan pesawat milik Polri yang paling sering terjadi adalah jenis PZL M28 yang dikenal dengan pesawat Skytruck, namun ada juga dari jenis Casa 212 Aviocar.

22 Februari 2005

Pesawat Casa 212-200 take off dari Bandara Sentani menuju Kabupaten Sarmi. Menjelang pendaratan, sekitar 500 meter dari Bandara Sarmi, pesawat jatuh. Saat kontak terakhir, sekitar pukul 06.00 WIT, pilot pesawat Kapten Garuda Giwang menyatakan, salah satu mesin pesawat tak berfungsi.

Kecelakaan mengakibatkan 15 penumpang meninggal dunia. Termasuk AKP Garuda (pilot), AKP Teguh Basuki (kopilot), Briptu Supriyadi (mekanik), dan Baratu Mustakin (mekanik).

Casa 212 Aviocar, jenis pesawat milik Polri yang jatuh di Sarmi, Papua pada 22 Februari 2005. (Indomiliter)

27 Oktober 2010

Pesawat Skytruck dengan nomor lambung 4204 yang membawa bantuan untuk korban bencana Wasior jatuh di Desa Wami Distrik Wangga Kabupaten Nabire, Papua. Kabarnya, pesawat jatuh karena cuaca buruk.

Lima orang meninggal dunia, Kompol Irwan Hadi (pilot), AKP Bayu Dwi Kuncoro dan Iptu Muhamad Amri (co-pilot) serta Brigadir Hadi Priyanto dan Brigadir Saiful Bahri.

Pesawat jenis PZL M28 Skytruck yang juga dioperasikan oleh Polri. (Instagram)

3 Desember 2016

Pesawat Skytruck lagi-lagi mengalami kecelakaan, jatuh di perairan Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau. Pesawat dengan nomor registrasi P-4201 ini berangkat dari Pangkalpinang, Bangka Belitung, pukul 09.24 WIB, menuju ke arah Batam, Kepulauan Riau. Namun, pada pukul 10.15 WIB, pesawat hilang kontak.

Pesawat mengangkut 13 orang yang terdiri dari 10 penumpang dan 3 awak. Semua adalah anggota Polri yang hendak menggantikan petugas bantuan kendali operasi di Direktorat Polisi Udara Polda Riau.

Melansir Wikipedia, saksi mata melihat mesin pesawat mengeluarkan asap. Tak lama kemudian, pesawat menukik dan meledak ketika jatuh ke laut. Menurut nelayan setempat, pesawat jatuh pukul 10:22. Ketika pesawat jatuh, mereka mendengar suara yang tidak biasa dari mesin pesawat. Ledakan baru terjadi ketika pesawat menabrak air.