Selangkah Lagi Menuju Penerbangan Komersial ke Luar Angkasa

JAKARTA - Saat ini para perusahaan swasta mulai berbondong-bondong menghadirkan paket wisata ke luar angkasa. Mengingat perjalanan ke luar angkasa tak lagi menjadi milik lembaga atau badan antariksa satu negara saja. 

Beberapa perusahaan seperti, Virgin Galactik, SpaceX hingga Blue Origin berlomba-lomba untuk menghadirkan wahana angkasa mereka untuk mengirimkan manusia ke luar Bumi. 

Sejauh ini SpaceX telah berhasil mengirimkan astronaut-astronaut NASA ke Stasiun Luar Angkasa (International Space Station/ISS). Mereka bahkan rutin mengirimkan perbekalan dan satelit mereka ke luar angkasa. 

Perusahaan lainnya seperti Virgin Galactic juga terus berusaha untuk menerbangkan wahana angkasanya. Kendati Startup milik miliarder Richard Branson itu belum bisa terbang ke luar angkasa, pesawat Virgin Galactic telah berhasil mengudara di permukaan atmosfer Bumi. 

Di mana rencananya, wahana Virgin Galactic akan memberikan pengalaman penumpangnya gravitasi nol di luar angkasa. Sebelum kembali mengudara ke bumi, di mana para penumpang telah menjalani penerbangan layaknya seorang astronaut. 

Kendala Teknis

Sejauh ini, SpaceX maupun Virgin Galactic telah mengalami beberapa kali kegagalan untuk mewujudkan ambisi mereka untuk mengembangkan perjalanan komersial ke luar angkasa. Jika sebelumnya, roket Starship SN8 milik SpaceX meledak saat gagal mendarat. 

Wahana SpaceShipTwo Unity milik Virgin Galactic terpaksa membatalkan penerbangannya untuk menembus luar angkasa, setelah lepas landas dari pesawat kargo Quadjet yang membawanya. Kendati gagal, wahana angkasa itu berhasil mengudara dan pulang dengan selamat ke mendarat. 

"Urutan pengapian untuk motor roket tidak lengkap. Kendaraan dan kru dalam kondisi sangat baik. Kami memiliki beberapa motor yang berstatus siap di Spaceport America. Kami akan mengecek ulang kendaraan dan segera kembali terbang," ungkap pihak Virgin Galactic dikutip dari CNN Internasional, Selasa 15 Desember.

Meski demikian, ini menjadi catatan penting bagi Virgin Galactic, di mana mereka harus membangun kembali kepercayaan untuk membuat wisatawan luar angkasa toleran terhadap risiko semacam ini.

Dilaporkan, saat ini ada 600 pelanggan yang telah membayar 250.000 dolar AS atau setara Rp3,5 miliar untuk bisa melakukan wisata luar angkasa dalam sekali jalan. Tetapi, karena dampak pandemi COVID-19, rencana tersebut harus ditunda, terlebih karena gagal dalam peluncuran uji coba ini.

Sebelumnya prototipe roket milik SpaceX, Starship Seri 8 (SN8) meledak, sesaat gagal mendarat dan menghantam tanah dalam uji coba pertamanya di Texas, Rabu, 9 Desember waktu setempat. Meski mengalami kegagalan, kedua perusahaan rintisan tetap berusaha mengembangkan maskapainya untuk masa depan. 

Maskapai Penerbangan ke Luar Angkasa

Selain SpaceX dan Virgin Galactic, ada sejumlah maskapai penerbangan ke luar angkasa yang tengah mengembangkan wahana angkasa milik mereka. Beberapa di antaranya Rocket Lab dan Blue Origin milik Jeff Besoz.

- Rocket Lab

Perusahaan yang dimiliki Peter Beck ini berinisiatif untuk membangun maskapai penerbangan ke luar angkasa dengan biaya yang hemat biaya. Mereka mengembangkan roket komersialnya dengan lajur lintasan yang lebih kecil ketimbanng peluncuran roket pada umumnya. 

Kendati belum berhasil mengirimkan manusia ke luar angkasa. Rocket Lab menargetkan misi peluncuran roketnya pada akhir tahun 2020 mendatang. 

- Blue Origin

Selain Elon Musk, miliarder sekaligus bos Amazon Jeff Bezos juga berkecimpung dalam mengembangkan perjalanan ke luar angkasa. Dirinya juga mendirikan maskapai Blue Origin. 

Uniknya, pesawat ini dirancang untuk sampai di luar angkasa selama 11 menit saja. Guna mendukung hal ini, Bezos kerap menjual saham Amazon sebanyak 1 miliar dolar AS per tahun untuk mendanai Blue Origin.

Pada 2016 lalu, Blue Origin telah berhasil menjalani uji coba pesawat kapsul dan roket milik mereka yang bernama New Shepard. Diharapkan, dalam waktu dekat New Shepard sudah bisa membawa penumpang ke luar angkasa.

>

Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Pergi ke Luar Angkasa

Penerbangan luar angkasa dianggap sebagai aktivitas yang cukup berbahaya. Beberapa bahaya penerbangan luar angkasa dan lingkungan luar angkasa yang akan dirasakan seperti G-force, radiasi, getaran, dan gayaberat mikro.

Untuk itu, Federal Aviation Administration (FAA) juga fokus pada keselamatan dan perlindungan publik. Akibatnya, terdapat persyaratan minimum yang berkaitan dengan kesehatan medis dan pelatihan bagi wisatawan luar angkasa, serta persetujuan yang diinformasikan, dan pembebasan tanggung jawab untuk melindungi maskapai antariksa.

Jadi, calon wisatawan antariksa memang harus mengambil risiko besar jika ingin melakukan wisata luar angkasa. Sementara itu, FAA merekomendasikan peserta penerbangan luar angkasa menerima konsultasi medis dalam waktu 12 bulan sebelum penerbangan dari dokter yang terlatih.

Karena ini bukan persyaratan hukum, pada akhirnya semua diserahkan pada maskapai peluncuran untuk menentukan kriteria fit-to-fly dan kriteria "no-go" untuk kondisi yang sudah ada sebelumnya. Tak hanya itu, FAA juga menetapkan persyaratan untuk wisatawan yang ingin berpergian, harus berumur 18 tahun ke atas.