China Genjot Vaksinasi COVID-19 untuk Lanjut Usia di Tengah Lonjakan Kasus Infeksi Harian dan Protes Pembatasan
JAKARTA - China akan mempercepat vaksinasi COVID-19 untuk orang lanjut usia, kata pejabat kesehatan pada hari Selasa, yang bertujuan untuk mengatasi hambatan utama dalam upaya melonggarkan pembatasan "nol-COVID" yang tidak populer.
Langkah tersebut dipandang sebagai elemen penting, dalam strategi untuk melonggarkan pembatasan ketat selama hampir tiga tahun yang telah mengikis pertumbuhan ekonomi, mengganggu kehidupan jutaan orang.
Komisi Kesehatan Nasional (NHC) mengatakan akan menargetkan lebih banyak vaksinasi pada orang yang berusia di atas 80 tahun, mengurangi hingga tiga bulan jarak antara vaksinasi dasar dan suntikan penguat untuk orang tua.
"Juga harapan agar teman-teman lansia kita, terutama yang berusia di atas 80 tahun, mengambil inisiatif dan divaksinasi untuk perlindungan kesehatan pribadi mereka," kata Xia Gang, pejabat NHC yang bertanggung jawab atas layanan imunisasi, melansir Reuters 29 November.
Mengoptimalkan layanan dan memberikan publisitas yang lebih akurat adalah prioritas, katanya dalam pengarahan.
NHC mengatakan, lansia akan mendapatkan akses mudah melalui layanan prioritas khusus, dengan kendaraan vaksinasi bergerak juga akan digunakan.
Selain itu, sebuah kampanye publisitas akan diluncurkan untuk melawan keragu-raguan vaksin di kalangan orang tua, mempromosikan manfaat vaksin dalam mencegah penyakit parah dan kematian, tambahnya.
Diketahui, penduduk China berusia 60 tahun ke atas yang telah menerima dua dosis vaksin hingga 11 November tercatat sebanyak 86,4 persen, naik kurang dari satu persen sejak Agustus menurut data resmi.
Sementara, penerima suntikan penguat mencapai 68,2 persen dari populasi lansia, naik sedikit dari 67,8 persen tiga bulan sebelumnya.
Pengumuman itu muncul ketika China bergulat dengan rekor jumlah kasus, serta protes yang jarang terjadi atas pembatasan ketat terkait virus yang telah membuat puluhan juta orang terkurung sejak pandemi dimulai, mengutip The National News.
Kemarin, China mencatat rekor hari kelima berturut-turut infeksi harian COVID-19, saat protes menolak pembatasan ketat yang diberlakukan pemerintah merebak negara itu.
Komisi Kesehatan China pada Hari Senin melaporkan 40.347 infeksi COVID-19 baru pada 27 November, di mana 3.822 kasus bergejala dan 36.525 tidak bergejala.
Angka itu naik 556 dibandingkan dengan 39.791 kasus baru sehari sebelumnya, di mana 3.709 infeksi bergejala dan 36.082 infeksi tanpa gejala, yang dihitung secara terpisah oleh China.
Baca juga:
- Jenderal Pasukan Elite Iran Sebut 300 Orang Tewas Selama Protes, Singgung Barat dan Arab Saudi
- Tersangka Pembunuhan Jasad Anak-anak Dalam Koper Diekstradisi dari Korea Selatan ke Selandia Baru
- Menlu Kuleba Sebut Ukraina Butuh Transformer dan Pertahanan Udara
- China Usir Kapal Penjelajah Rudal USS Chancellorsville di Dekat Kepulauan Spratly, AS: Sesuai Hukum Internasional
Kendati demikian, tidak ada kematian baru yang dilaporkan dibandingkan dengan satu hari sebelumnya, mempertahankan kematian di 5.233. Hingga 27 November, China daratan telah mengonfirmasi 311.624 kasus dengan gejala.
Adapun demonstrasi tidak mendorong pihak berwenang untuk membuat perubahan besar lainnya, bagaimanapun, dengan juru bicara komisi mengatakan pada Hari Selasa, upaya akan terus dilakukan untuk "menyempurnakan" kebijakan.
Protes meletus pada akhir pekan di beberapa kota China, setelah orang menyalahkan pembatasan COVID-19 atas kematian 10 orang dalam kebakaran di gedung apartemen Urumqi.