Soal Hubungan Inggris dengan China, PM Sunak: Era Emas Sudah Berakhir
JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengatakan pada Hari Senin, apa yang disebut 'era emas' hubungan dengan China telah berakhir, menyebut tantangan sistemik Beijing terhadap kepentingan dan nilai-nilai Inggris semakin akut.
Dalam pidato kebijakan luar negeri pertamanya, PM Sunak mengatakan pendekatan Inggris ke China perlu berkembang, dengan Beijing "secara sadar bersaing untuk mendapatkan pengaruh global dengan menggunakan semua tuas kekuatan negara".
"Mari kita perjelas, apa yang disebut 'era emas' telah berakhir, bersama dengan gagasan naif bahwa perdagangan akan mengarah pada reformasi sosial dan politik," kata PM Sunak di London, mengacu pada deskripsi mantan menteri keuangan George Osborne tentang hubungan China-Inggris tahun 2015, melansir Reuters 28 November.
Beberapa orang di Partai Konservatif mengkritik Sunak, menganggapnya kurang hawkish terhadap China dibandingkan pendahulunya Liz Truss. Tahun lalu ketika dia menjadi menteri keuangan, dia menyerukan strategi bernuansa China untuk menyeimbangkan masalah hak asasi manusia, sambil memperluas hubungan ekonomi.
Namun, pertemuan yang direncanakan antara PM Sunak dan Presiden China Xi Jinping pada KTT G20 bulan ini di Bali gagal, diikuti dengan London melarang kamera keamanan buatan China dari gedung-gedung pemerintah yang sensitif pekan lalu.
"Kami menyadari China menimbulkan tantangan sistemik terhadap nilai-nilai dan kepentingan kami, tantangan yang semakin akut saat bergerak menuju otoritarianisme yang lebih besar," katanya, merujuk pada pernyataan BBC bahwa salah satu jurnalisnya telah diserang oleh polisi China.
"Tentu saja, kita tidak bisa begitu saja mengabaikan signifikansi China dalam urusan dunia, untuk stabilitas ekonomi global atau masalah seperti perubahan iklim. AS, Kanada, Australia, Jepang, dan banyak lainnya juga memahami hal ini," paparnya.
PM Sunak mengatakan, di bawah kepemimpinannya Inggris tidak akan memilih status quo, akan menghadapi pesaing internasional "tidak dengan retorika besar tetapi dengan pragmatisme yang kuat".
Mengenai Ukraina, dia mengatakan pemerintah akan mempertahankan bantuan militer ke Kyiv tahun depan, mempertahankan dukungan kuat yang ditawarkan oleh mantan perdana menteri Boris Johnson dan Truss.
"Jadi jangan ragu, kami akan mendukung Ukraina selama diperlukan. Kami akan mempertahankan atau meningkatkan bantuan militer kami tahun depan. Dan kami akan memberikan dukungan baru untuk pertahanan udara," sebutnya.
Baca juga:
- Gunung Berapi Aktif Terbesar di Dunia Mauna Loa Hawaii Meletus, Otoritas Darurat Buka Tempat Perlindungan
- Diduga Lempar Bahan Peledak ke Rumah Warga Palestina, Israel Tangkap Tiga Tentaranya
- Rusia Terus Serang Jaringan Listrik, Josep Borrell: Putin Berusaha Jadikan Ukraina Lubang Hitam
- Presiden Zelensky Sebut Rusia Tidak akan Menghentikan Serangannya Sampai Kehabisan Rudal
Pada Bulan September, Inggris mengatakan mereka adalah donor militer terbesar kedua ke Ukraina setelah Amerika Serikat, memberikan 2,3 miliar pound (2,8 miliar dolar AS) bantuan tahun ini.
PM Sunak menambahkan, Inggris perlu mengambil pendekatan jangka panjang yang sama seperti musuh dan pesaingnya seperti Rusia dan China.
"Dalam menghadapi tantangan ini, pemikiran jangka pendek atau angan-angan tidak akan cukup. Kita tidak dapat bergantung pada argumen atau pendekatan Perang Dingin, atau sekadar sentimentalitas tentang masa lalu," tandasnya.