Ini Penyebab Gempa Susulan Cianjur Menurut Pakar, Beda Pendapat Peneliti MKPI dan ITB

YOGYAKARTA - Pasca gempa berskala Magnitudo 5,6 yang mengguncang Kabupaten Cianjur pada Senin (21/11), masyarakat setempat dan sekitar masih harus waspada dengan gempa susulan. Gempa di Cianjur menjadi salah satu gempa terparah yang pernah terjadi di Indonesia dengan korban tewas mencapai 268 jiwa. 

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat susulan masih terjadi hingga Rabu (23/11). Terjadi sebanyak 161 gempa susulan di Cianjur dengan skala M 1,2 hingga terbesar M 4,2. Dwikorita, Kepala BMKG, mengatakan gempa terjadi akibat dari pergerakan Sesar Cimandiri. 

“Gempa-gempa susulan itu sebagian besar tidak dirasakan, dan yang bisa mencatat adalah alat, dan ada beberapa yang dapat dirasakan. InsyaAllah, dalam kurun waktu empat hari ke depan, gempa-gempa susulan tersebut sudah reda dan stabil,” kata Dwikorita di Cianjur, Rabu 23 November.

Penyebab Gempa Susulan Cianjur Menurut Pakar

Ada beberapa versi pandangan dari pakar mengenai penyebab terjadinya gempa susulan di Cianjur. 

Pakar Puslit MKPI

Dr. IR. Amien Widodo, MSI., peneliti senior di Pusat Penelitian Mitigasi Kebencanaan dan Perubahan Iklim (Puslit MKPI), mengatakan sumber penyebab gempa Cianjur bukan dari Sesar Cimandiri. 

Amien mengatakan bahwa sumber gempa darat dari sesar aktif masih belum diketahui secara pasti. Ia menyampaikan memang terdapat sesar Cimandiri di dekat Cianjur. Sesar tersebut membentang dari Teluk Pelabuhan Ratu hingga Cianjur. Pergerakkan sesar tersebut pernah mengakibatkan gempa di Sukabumi pada 2001 lalu. 

Lebih lanjut, Amien mengatakan letak sesar Cimandiri berada jauh di sebelah utara tempat kejadian gempa Cianjur. Ia mengatakan penyebab gempa bukan dari sesar tersebut, namun mungkin sistem sendiri. 

Pakar ITB

Irwan Meilano, Pakar Gempa Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan gempa susulan yang terjadi pasca gempa Cianjur merupakan fenomena yang wajar. Ia mengatakan banyak gempa susulan yang tercatat karena saat ini jaringan pengamat aktivitas gempa semakin rapat dilakukan setelah terjadinya gempa M 5,6 pada Senin lalu.

“Jadi kalau menurut saya bahwa jumlah gempa yang 160 itu nggak terlalu banyak. Begini ya makin rapat jaringan pengamat kemungkinan mendeteksi lebih banyak karena yang makin kecil pun kelihatan tapi kalau pengamatan tidak rapat sedikit seolah tidak ada tapi nggak terdeteksi,” kata Irwan.

Irwan mengatakan merupakan hal normal jika sebuah gempa M 5,6 akan diikuti dengan gempa susulan beberapa ratus kali dengan skala M 3 dan M 2. Menurutnya, penyebab terjadinya gempa susulan karena adanya sisa-sisa energi yang masih terus dilepaskan dari sumber gempa. 

Mengomentari pendapat pakar Puslit MKPI, Irwan mengatakan ada berbagai kemungkinan penyebab gempa di Cianjur. Ia mengatakan ada dua kemungkinan bahwa gempa yang terjadi bukan bersumber dari sesar Cimandiri atau sesar Cimandiri yang sekarang (bukan yang diketahui dulu) yang bergeser. 

“Ya kalau menurut saya itu mungkin saja. Jadi begini bahwa saat mendefinisikan sesar Cimandiri sebagai sebuah bidang, kan gempanya belum terjadi. Jadi tim bikin oh ini sesar Cimandiri belum terjadi gempa, kita perkirakan di sini. Dan ternyata ketika ada gempa bergeser,” kata Irwan. 

Irwan menjelaskan bahwa sesar adalah area yang cukup luas, tidak seperti garis yang membentang dengan ukuran 1 atau 2 meter. Sesar bisa mencapai lebar hingga kilometer. Ia mengatakn perlu menunggu semua data gempa terkumpul untuk mengetahui penyebab pasti gempa Cianjur. 

Demikianlah penyebab gempa susulan Cianjur menurut pakar. Meski ada beberapa versi pendapat mengenai sumber gempa, Irwan mengatakan itu adalah hal wajar dan tidak perlu diperdebatkan. Namun sepakat dengan yang disampaikan oleh BMKG dn tinggal menunggu data lengkapnya.  

Ikuti terus berita terkini dalam negeri dan luar negeri lainnya di VOI . Kamu menghadirkan terbaru dan terupdate nasional maupun internasional.