Bertumpuk di Gudang, Apa yang Akan Dilakukan Budweiser Usai Alkohol Dilarang di Piala Dunia Qatar?
JAKARTA - Bir dan sepak bola biasanya berjalan beriringan. Tetapi, di Piala Dunia Qatar 2022, aturan tidak tertulis ini dilanggar setelah negara tuan rumah melarang konsumsi alkohol di stadion dan di jalanan.
Budweiser, merek bir terlaris kedua di dunia memiliki kontrak 75 juta euro dengan Qatar pada tahun 2021. Namun, pada akhirnya produk tersebut tidak akan dapat digunakan.
Padahal, Budweiser sudah memiliki titik penjualan yang tersebar di seluruh Doha. Hanya saja, pada Jumat sebelum kick off Piala Dunia, berita pelarangan itu tersiar.
Minum alkohol hanya diperbolehkan di area terlarang di dalam zona penggemar. Setiap penggemar hanya boleh membeli maksimal empat pint dengan harga sekitar 15 euro.
"Yah, ini aneh," tulis perusahaan itu di Twitter setelah mengetahui kejadian tersebut.
Sekarang, sisa bir Budweiser yang tidak 'digunakan' tersimpan di gudang dan mereka tidak tahu cara membuangnya.
Untuk itu, Budweiser memutuskan untuk memberikannya kepada negara yang memenangkan turnamen akbar empat tahunan ini.
"Hari baru. Tweet baru. Negara pemenang mendapat 'Buds'. Siapa itu?" posting mereka di Twitter.
Bagaimanapun, pada akhirnya, Budweiser akan menggugat FIFA karena perusahaan bir ini telah menandatangani kontrak eksklusivitas dengan induk sepak bola sejagat itu.
Selain itu, mereka juga dapat menuntut Qatar karena melanggar perjanjian yang ditandatangani dengan FIFA yang mewajibkan mereka untuk "menghormati kontrak dengan sponsor".