Penjualan Boneka Seks Melonjak saat Natal dan Pandemi
JAKARTA - Boneka seks laku keras menjelang Natal. Pandemi COVID-19 menciptakan 'badai sempurna' bagi pelanggan yang kesepian.
Statistik muncul dari Amerika Serikat dan menunjukkan bahwa lockdown memicu penjualan boneka seks di New York, Los Angeles, Chicago, dan Dallas.
Penelitian telah menunjukkan peningkatan penjualan sebesar 25 persen pada tahun 2020 dibandingkan dengan 2019 - sementara statistik di New York menunjukkan penjualan telah meningkat sebesar 65 persen, menurut perusahaan boneka seks Silicon Wives.
Sementara SexDollGenie yang berbasis di Miami mengklaim, penjualan mereka meledak sebesar 218 persen dari 2019 hingga 2020.
Pemilik Silicon Wives, Bryan Gill, mengatakan kepada New York Post bahwa menurutnya lebih banyak pria yang beralih ke boneka seks untuk kepuasan seksual mereka. Alasannya, karena boneka tidak 'serumit' wanita.
Baca juga:
Dan dia memprediksi banyak orang akan lebih suka menghabiskan hari Natal dengan boneka seks ketimbang manusia.
"Untuk sebagian besar, ini bisa menjadi perbedaan antara menghabiskan musim liburan yang dikarantina sendirian, atau dengan pasangan seksual impian Anda untuk membuat Anda dan tempat tidur Anda tetap hangat selama malam yang dingin (boneka kami memang dilengkapi dengan sistem pemanas built-in untuk mensimulasikan panas tubuh)," kata Gill dilansir dari Daily Star, Senin, 14 Desember.
Boneka seks ini dibanderol cukup mahal, 2-3 ribu dolar AS atau setara Rp28-42 juta per item.