PM Lapid Tegas Tidak Mengizinkan Tentaranya Diinterogasi FBI, Meski Israel dan Amerika Serikat Bersahabat
JAKARTA - Ketegangan antara Amerika Serikat dan Israel terkait desakan Washington mengenai penyelidikan pembunuhan jurnalis AS-Palestina Shireen Abu Akleh, disebut sebagai momen yang menentukan oleh outlet Israel Harretz.
Israel telah mengeluarkan teguran keras ke Amerika Serikat, setelah dilaporkan Pemerintah AS membuka penyelidikan atas pembunuhan Abu Akleh.
"Tentara IDF tidak akan diinterogasi oleh FBI atau oleh badan asing atau negara asing mana pun, tidak peduli seberapa bersahabatnya," tegas Perdana Menteri Israel Yair Lapid, melansir Sputnik News 16 November.
"Kami tidak akan meninggalkan tentara IDF untuk penyelidikan asing, dan protes keras kami telah disampaikan kepada Amerika pada tingkat yang sesuai," lanjutnya.
"IDF adalah tentara berbasis moral dan nilai. Tentara dan komandan IDF membela Negara Israel, menyelidiki secara menyeluruh setiap insiden yang menyimpang dan berkomitmen pada nilai-nilai demokrasi dan hukumnya," tandas PM Lapid.
Terpisah, Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz sebelumnya menyatakan: "Saya tidak akan membiarkan seorang prajurit IDF yang melindungi dirinya dari tembakan teroris, dituntut hanya untuk menerima tepuk tangan dari luar negeri."
"Saya telah menyampaikan pesan kepada perwakilan AS bahwa kami mendukung tentara (Israel), bahwa kami tidak akan bekerja sama dengan penyelidikan eksternal, dan tidak akan memungkinkan intervensi terhadap penyelidikan internal," cuit Gantz pada Hari Senin, seperti mengutip CNN.
Abu Akleh terbunuh di kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat akibat peluru yang menembus rompi anti-peluru yang dikenakannya saat penyerbuan pasukan Israel, dengan penyelidikan media internasional menemukan ia ditembak oleh militer Israel.
IDF mengakui pada Bulan September ada 'kemungkinan besar' salah satu pasukannya telah menembak wartawan tersebut, tetapi mengatakan tidak mungkin untuk memastikannya.
Sementara itu, Advokat Jenderal Militer IDF mengatakan tidak akan mengajukan tuntutan terhadap tentara mana pun, bahwa "tidak ada kecurigaan bahwa peluru ditembakkan dengan sengaja ke siapa pun yang diidentifikasi sebagai warga sipil, dan khususnya pada siapa pun yang diidentifikasi sebagai jurnalis."
Abu Akleh mengenakan rompi pelindung berlabel "Press" di bagian depan dan belakang, pada saat kematiannya.
Gantz mengatakan pada Hari Senin, IDF telah melakukan penyelidikan "profesional dan independen", membagikan detailnya dengan pejabat Amerika.
"Keputusan yang diambil oleh Departemen Kehakiman AS untuk melakukan penyelidikan atas kematian tragis Shireen Abu Akleh adalah sebuah kesalahan," tulisnya di Twitter.
Baca juga:
- Kecam Resolusi PBB Tentang Ganti Rugi Perang ke Ukraina, Diplomat Rusia: Majelis Umum Tidak Memiliki Wewenang
- Akui Tangkap Agen Intelijen Prancis, Mendagri Iran: Mereka akan Ditindak Sesuai Hukum
- Rusia Sebut Ledakan di Polandia Karena Rudal Pertahanan Udara Ukraina, Singgung S-300
- Penduduknya Bertambah 180 Juta Jiwa, India Diprediksi Lampaui China Jadi Negara Terpadat di Dunia Tahun Depan
Departemen Kehakiman dan Departemen Luar Negeri AS menolak mengomentari penyelidikan Washington pada Hari Senin, tetapi yang terakhir mengatakan "pikiran kami tetap bersama keluarga Abu Akleh karena mereka berduka atas kehilangan yang luar biasa ini. Shireen tidak hanya seorang warga negara Amerika, dia adalah seorang reporter yang tak kenal takut yang jurnalisme dan pencarian kebenarannya membuatnya dihormati oleh penonton di seluruh dunia."
Diketahui, Pemeriksaan forensik yang dipimpin Departemen Luar Negeri AS pada Bulan Juli terhadap peluru yang menewaskan Abu Akleh tidak meyakinkan, tetapi menemukan kemungkinan besar dia dibunuh oleh tembakan Israel yang tidak disengaja.