Bangkitkan Pemulihan Ekonomi, Forum B20 Hasilkan 25 Rekomendasi Kebijakan untuk Disampaikan ke Para Pemimpin G20
JAKARTA - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20 yang merupakan forum resmi G20 yang mewakili komunitas bisnis global, telah menghasilkan komunike dan 25 rekomendasi kebijakan.
Ketua B20 Indonesia Shinta Kamdani menyebut rekomendasi tersebut adalah warisan atau legacy untuk mendukung kebangkitan ekonomi global dari pandemi COVID-19.
“Saya mengingat kembali ketika Presiden RI meminta B20 bekerja sama untuk berkontribusi terhadap pemulihan ekonomi, dan sekarang kita memasuki era baru dengan reboot yang hebat dan kemampuan mengelola bahkan untuk keluar dari krisis,” kata Shinta dalam penutupan KTT B20 dikutip Antara, Senin 14 November.
Pemulihan ekonomi pascapandemi, kata dia, ditunjukkan dengan bisnis yang mulai berinovasi untuk memanfaatkan peluang baru serta adanya rebound perdagangan.
“Sekarang kita memiliki peluang untuk era ekonomi baru yang berbasis kerja sama. Dalam semangat itulah saya bangga menyampaikan komunike B20 Indonesia yang mencakup rekomendasi bersama kami untuk para pemimpin G20,” tutur dia.
Komunike B20 yang dihasilkan di bawah kepemimpinan Indonesia mencakup tiga elemen utama yaitu inovasi, inklusifitas, dan kolaborasi.
Baca juga:
- Di B20 Summit, Jokowi Pamer Pertumbuhan Ekonomi Indonesia: Di Luar Ada Perang, Krisis Pangan, Tapi RI Tetap Mampu Tumbuh
- Summit 1-on-1 Conversation B20, Kadin yang Diwakili Anindya Bakrie Ajak Elon Musk ke Sulteng hingga Bahas Misi Pengiriman Manusia ke Mars
- Tutup Gelaran B20, Jokowi Titip Pesan ke India: Lanjutkan Pembahasan Digitalisasi UMKM
- Unilever hingga Freeport Berkomitmen Tumbuhkan Usaha, Sri Mulyani Pastikan Pemerintah Ciptakan Iklim Bisnis yang Baik
Inovasi berfokus pada upaya untuk membuka kunci pertumbuhan ekonomi pasca krisis, termasuk di antaranya membuka peluang digital di seluruh perekonomian, memperluas kerja sama untuk merespons kejahatan dunia maya, dan meningkatkan dana untuk infrastruktur hijau melalui mekanisme pembiayaan inovatif yang mempercepat transisi energi.
Dalam mewujudkan inklusifitas, Indonesia mendorong percepatan transformasi digital untuk pemberdayaan UMKM dan kelompok rentan dengan fokus pada kapabilitas, kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja
Sementara semangat kolaborasi antara negara maju dan negara berkembang perlu dimajukan terutama untuk mewujudkan arsitektur layanan kesehatan yang lebih adil dan membuat pedoman tentang kesiapsiagaan darurat kesehatan di masa depan.
“Bersama-sama, kita telah mencapai konsensus dengan 25 rekomendasi kebijakan dan 68 aksi kebijakan,” kata Shinta.