Siapkan Alokasi Spektrum, Kominfo Bakal Kejar 5G di 2024

JAKARTA - Menteri Komunikasi dan Informatika (KemKominfo) Johnny G. Plate mengungkapkan saat ini pemerintah sedang berupaya untuk mempercepat inisiatif alokasi spektrum 5G. Langkah tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan spektrum frekuensi 2.047 MHz, bagi jaringan seluler broadband baik 4G maupun 5G pada 2024 mendatang.

Johnny meyakini, jaringan 5G akan menjadi game changer yang akan memberikan dampak luas pada konektivitas di Indonesia. Bahkan menjadi tulang punggung transformasi digital dan pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

“Sangat penting untuk menanam dan menumbuhkan kembali spektrum 5G untuk memenuhi permintaan spektrum frekuensi 2.047 MHz," ungkap Johnny dalam acara International Virtual Conference: Indonesia 5G Roadmap & Digital Transformation, Kamis 10 Desember.

Johnny menambahkan, band kandidat yang ada dan yang baru di lapisan cakupan (di bawah 1 GHz) antara lain 700/800/900 MHz. Kemudian lapisan kapasitas (antara 1-6 GHz): 1.8 / 2.1 / 2.3 / 2.6 / 3.3 / 3.5 GHz, dan lapisan data super (di atas 6 GHz): 26/28 GHz.

Sementara itu, pemerintah juga mengaku telah melakukan 10 uji coba penerapan jaringan 5G sepanjang 2017-2019. Hal itu ditujukan untuk mempelajari potensi aplikasi dan kasus penggunaan layanan 5G. Meliputi pembelajaran jarak jauh melalui interaksi holografik, operasi jarak jauh, IoT untuk kota pintar, dan kendaraan otonom selama ASIAN Games 2018.

"Pada 2020, Indonesia memfokuskan uji coba ke-11 untuk menjajaki kemungkinan koeksistensi antara jaringan 5G dan Fixed Satellite Service (FSS) untuk digunakan di pita 3,5 GHz,” ujar Johnny.

Selain itu, Indonesia juga sedang berupaya untuk memanfaatkan secara optimal microwave link sebagai opsi kedua setelah kabel serat optik.

“Karena frekuensi E-band yang sangat tinggi (70-80 GHz) dan V-band (60 GHz) juga dapat melayani backhaul berkapasitas tinggi untuk layanan broadband,” kata Johnny.

Johnny pun menyadari upaya penerapan jaringan 5G akan menuntut belanja modal yang besar khususnya untuk penyediaan small-cell densification 5G serta ekosistem digital yang canggih. Oleh karena itu, dirinya menyatakan ibu kota negara baru Indonesia ini akan menjadi kota kandidat terbaik dan potensial untuk menerapkan 5G pertama di Indonesia.

“Selain dari beberapa kawasan industri dan area publik dengan lalu lintas tinggi yang mungkin juga dimungkinkan,” sambung Johnny.

Di lain sisi, hingga saat ini pemerintah Indonesia juga mengklaim telah membangun lebih dari 348.000 kilometer kabel serat optik darat dan bawah laut. Termasuk lebih dari 12.000 kilometer Jaringan Tulang Punggung Serat Optik Nasional Palapa Ring BAKTI Kominfo.

Lebih dari 500.000 base transceiver station (BTS) juga telah terbangun, dan memanfaatkan 9 satelit untuk memenuhi kebutuhan domestik akan konektivitas yang memadai.

"Kami juga berencana meluncurkan High-Throughput Satellite 150 Gbps SATRIA-1 yang dijadwalkan pada kuartal ketiga tahun 2023,” jelas Johnny.

Dengan demikian, upaya pembangunan itu juga merupakan bagian dari penyiapan pengembagan jaringan 5G di Indonesia.

“Infrastruktur digital terus kami perbaiki, termasuk di semua desa yang belum terjangkau koneksi 4G. Namun, tugas utama untuk memastikan 4G yang memadai, dapat diakses, dan terjangkau sebagai dasar untuk mengembangkan jaringan 5G tetap relevan,” imbuhnya.